JURNALSECURITY| Jakarta—PT. Kalbe Farma Tbk. menggelar Kalbe Security Summit 2019 bertema ‘Perlindungan dan Pencegahan Dini dari Paparan Paham Garis Keras’ pada Rabu, 11 Desember 2019 di Kawasan Industri Pulo Gadung Jakarta.
Djonny Hartono Direksi Kalbe mengatakan, sikap kami jelas dalam berbisnis, “Kami egaliter tidak membedakan latar belakang beda agama, budaya, suku, budaya, politik. Karena Kalbe Group tidak ada kecendrungan arah politik, kami profesional,” katanya.
Kalbe yang memiliki cabang di seluruh provinsi di Indonesia, sebagai manajemen berusaha melakukan lebih angaged dengan karyawan. Program summit 2019 ini juga salah satu program untuk membuka wawasan terkait tema yang dibahas bidang security.
“Ini program penting agar organisasi perusahaan untuk membangun perusahan yang lebih baik lagi,” ungkapnya.
Sementara itu CHSSE Advisor Kalbe, DR. Arie Faturachman CSA, CCI, CCO PT Kalbe Farma Tbk. mengatakan program Summit ini merupakan program tahunan, untuk tahun 2019 kita fokus pada pembahasan security, berkait dengan pencegahan dini dari paparan paham garis keras di lingkungan industri.
“Ini program yang ketiga kami, program ini untuk memperkaya wawasan mengenai pengamanan industrial,” ungkapnya di depan para audiens.
Untuk memberikan wawasan kepada para HRD, GA Kepala Pabrik di Kalbe pihaknya mengundang narasumber berpengalaman, meraka adalah Mayjen TNI Hendri Paruhuman Lubis dari Deputi Bidang Pencegahan , Perlindungan dan Deradikalisasi BNPT, Dr Chico Hindarto dari Kajian Ilmu Kepolisian PTIK dan Ade Siregar CCTP, ICPS, CATS Certified Counter Terrorism Practitioner.
Program Summit ini juga untuk menyediakan lingkungan kerja yang sehat, aman terlindungi dan bebas dari bahaya dan melindungi lingkungan dan memitigasi ancaman keamanan. “‘Paham ini menjadi hot isu, hari ini akan dishare oleh narasumber yang berpengalaman di bidangnya,” ungkapnya.
Arie berharap kegiatan ini bisa memberikan wawasan bagi insan Kalbe, untuk bisa lebih mewaspadai akan paparan paham garis keras yang terjadi di sekitar lingkungan kita.
Arie menjelaskan, beberapa tahun terakhir kejadian tentang terorisme semakin mengagetkan, tanpa terkira ternyata orang di sekitar kita terpapar paham garis keras. “Sosial media memberikan impac, kejadian sekarang windownya sosial media. Kita makin lama makin dihajar informasi,” jelasnya. [fr]