JURNALSECURITY| Timika– Manajemen PT. Freeport Indonesia terus memantau perkembangan keamanan demi keselamatan pekerjanya menyusul aksi Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) dekat operasi perusahan itu, di Tembagapura, Mimika, Papua.
Juru Bicara PT Freeport Indonesia Riza Pratama, memastikan operasional perusahaan tetap berjalan normal kendati pekerja diharapkan selalu waspada.
“Kami memberikan informasi kepada karyawan sesuai laporan insiden yang terjadi,” kata Riza, Vice President Corporate Communications sebagaimana dilansir seputarpapua.com, Selasa (3/3).
Manajemen Freeport juga meminta setiap pekerja segera berkoordinasi dengan aparat keamanan setempat, bilamana menemukan tanda-tanda mencurigakan di sekitar tempat kerja.
“Kami menghimbau karyawan untuk melaporkan hal-hal yang tidak lazim pada aparat dan petugas keamanan,” katanya.
KKB sempat menyandera tiga guru SD Inpres Baluni selama dua hari di kampung Jagamin, distrik Tembagapura, pada Sabtu 15 Februari lalu.
Setelah menyandera guru, KKB terlibat kontak tembak dengan Satgas Brimob yang mengakibatkan Bharada Doni Priyanto gugur, pada Jumat 28 Februari.
BACA JUGA:
Kemudian, KKB lagi-lagi menebar ancaman dengan menembaki mobil patroli Polsek Tembagapura ketika berpatroli di kampung Utikini, pada Senin 1 Maret. Satu anggota terluka akibat serpihan kaca.
Tidak hanya itu, KKB beberapa kali melepaskan tembakan yang membuat situasi mencekam di area Community Liaison Officer (CLO) Freeport, tak jauh dari Polsek Tembagapura.
Kepolisian menyatakan pelaku penyerangan di bawah pimpinan Gusbi Waker, penerus Panglima TPNPB Kodap VIII Intan Jaya Ayub Waker yang telah wafat karena sakit pada September 2019, dan KKB pimpinan Lakagak Talenggen yang berasal dari Yambi, Puncak Jaya.
Kapolres Mimika AKBP I Gde Era Adhinata menyatakan pihaknya telah menetapkan status siaga 1 menyusul rentetan aksi KKB di perkampungan distrik Tembagapura.
“Kami sudah tetapkan status keamanan di Tembagapura siaga satu dan terus melakukan pengejaran dan penyekatan (terhadap KKB, red),” kata AKBP Era.
Ia juga mengatakan, beberapa orang yang tergabung dalam kelompok bersenjata itu telah ditetapkan ke dalam daftar pencarian orang (DPO) atas kasus penembakan dan membawa senjata api ilegal.
“Kami masih melakukan penyelidikan terhadap kelompok ini, dan sudah menetapkan beberapa orang jadi DPO,” katanya. [fr]