Jurnalsecurity.com | Jakarta–Popularitas sepeda listrik atau electric bike (e-bike) kian meroket, tidak hanya pada kalangan orang dewasa tetapi juga anak-anak dan remaja.
Desain yang modern, kemudahan dikendarai, dan kemampuan menempuh jarak tanpa banyak tenaga membuatnya menjadi pilihan transportasi baru. Namun, hasil penelitian dari berbagai jurnal mengungkapkan tren ini juga membawa risiko yang patut menjadi perhatian serius bagi orang tua.
Data National Electronic Injury Surveillance System (NEISS) menunjukkan lonjakan signifikan insiden kecelakaan yang melibatkan anak pengguna sepeda listrik.
Studi pada anak usia 2–18 tahun mencatat, e-bike memiliki tingkat rawat inap lebih tinggi dibandingkan sepeda biasa maupun moped. Mirisnya, sekitar 97% anak yang terlibat kecelakaan tercatat tidak mengenakan helm saat kejadian.
Sebuah penelitian retrospektif menunjukkan anak yang mengendarai sepeda listrik cenderung mengalami cedera yang lebih parah dibanding anak yang memakai sepeda biasa.
Tingkat keparahan lukanya tercatat lebih tinggi, dan kecelakaan yang melibatkan kendaraan bermotor juga lebih sering terjadi pada pengguna sepeda listrik dengan risiko rawat inap pengguna sepeda listrik dengan prevalensi lebih dari dua kali lipat dibanding sepeda biasa.
Temuan lain mengungkapkan cedera serius pada organ dalam dan kepala hanya ditemukan pada kasus sepeda listrik, tidak pada sepeda konvensional.
Dampak Klinis dan Tingkat Perawatan Rumah Sakit
Riset di pusat trauma anak menunjukkan mayoritas korban kecelakaan sepeda listrik adalah remaja dengan rata-rata usia 13 tahun. Cedera paling sering terjadi pada bagian kepala dan anggota tubuh, dengan sekitar 15% korban memerlukan rawat inap dan sebagian membutuhkan tindakan operasi.
Analisis global mencatat 35% insiden trauma e-bike dialami individu di bawah usia 18 tahun. Faktor pemicunya, antara lain lemahnya regulasi terkait batas kecepatan dan daya mesin, serta rendahnya kesadaran penggunaan helm dan pelindung tubuh.
Langkah Pencegahan untuk Orang Tua
- Wajib helm dan pelindung tubuh: Helm berstandar SNI serta pelindung lutut dan siku dapat menekan risiko cedera kepala dan sendi.
- Batasi area berkendara: Pilih jalur aman, hindari jalan raya dan lalu lintas padat.
- Edukasi lalu lintas sejak dini: Anak perlu memahami arti rambu dan aturan berkendara.
- Pengawasan langsung: Pastikan ada pendampingan orang tua, terutama bagi anak yang baru belajar mengendarai.
Minat terhadap sepeda listrik atau e-bike kian meningkat di kalangan anak-anak berkat kemudahan penggunaan dan daya tarik teknologinya. Meski begitu, keamanan harus menjadi perhatian utama. Untuk mengurangi risiko, orang tua dianjurkan memberikan pembekalan edukasi, melengkapi anak dengan perlengkapan pelindung seperti helm dan body protector, serta memastikan pengawasan saat berkendara.