JURNALSECURITY | Jakarta— Perkembangan teknologi saat ini berkembang sangat pesat hampir di semua sektor industri sehingga setiap pelaku usaha, terutama pelaku usaha industri sekuriti harus cermat dalam mengikuti perkembangan tersebut. Saat ini penerapan SaaS (Software as a Service) berbasis cloud computing dan aplikasi sudah sangat lebih mudah untuk digunakan dan diimplementasikan. Hal tersebut sangat berbeda dengan masa 10 tahun yang lalu, ketika penerapan teknologi informasi di sebuah perusahaan membutuhkan biaya investasi awal, pengoperasian dan perawatan yang menjadi beban yang sangat besar bagi perusahaan. Beban tersebutlah yang akhirnya menjadi pertimbangan bagi perusahaan sekuriti untuk melakukan investasi teknologi secara besar dan terintegrasi.
Absennya ekosistem digital dalam industri sekuriti menjadi peluang yang saat ini diambil dan terus dikembangkan oleh Digigarda saat ini. CEO sekaligus Founder PT. Digigarda Solusi Asia, Aditya P. Warsito mengatakan bahwa workforce, documentation dan information adalah 3 elemen kunci penting dalam keberhasilan kegiatan operasional pengamanan.
Dalam kegiatan pengamanan konvensional saat ini ketiga elemen tersebut masih belum terintegrasi di dalam sebuah sistem sehingga proses manual masih harus dilakukan dan rentan terhadap kesalahan administrasi. Kegiatan pengawasan di lapangan pun saat ini masih mengandalkan aplikasi chat yang sebenarnya dibuat bukan untuk kegiatan pengamanan. “Bisa dibayangkan, betapa repotnya kegiatan administrasi yang harus dilakukan di akhir bulan oleh BUJP untuk meng-compile semua data tersebut untuk menjadi laporan dan dokumen penagihan”, jelas Aditya yang sudah berpengalaman selama 15 tahun di bidang IT dan industri sekuriti ini.
Aditya juga mengatakan, “Semakin kesini teknologi sudah menjadi semakin murah dan mudah, sehingga penerapan teknologi di industri pengamanan bukanlah menjadi halangan dan momok bagi BUJP. Dengan hadirnya Digigarda, kami ingin bermitra dan membantu BUJP agar dapat lebih fokus mengembangkan usahanya, dimana tugas dan pengembangan aplikasi dan ekosistem menjadi tanggung jawab kami.”
Dalam wawancara dengan Jurnal Sekuriti, Aditya juga menyampaikan bahwa saat ini Digigarda sudah mengantongi ijin Tanda Daftar Penyelenggara Sistem Elekronik dari Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia. Dimana pengoperasian sistem dan data harus berada di wilayah NKRI menjadi salah satu persyaratan utama yang harus dipenuhi oleh Digigarda.
“Banyak aplikasi sejenis yang sudah rilis secara global, namun kepemilikan data dan lokasi dari cloud computing juga menjadi hal yang perlu dicermati oleh BUJP karena industri jasa pengamanan adalah industri yang cukup vital dan terkait erat dengan keamanan Nasional. Sehingga BUJP tidak sekedar memilih aplikasi yang tidak terdaftar di Kementerian Kominfo,” jelas Aditya untuk Jurnal Sekuriti.
Hal senada juga disampaikan oleh Marsyel Ririhena selaku CEO dari Srikandi Pitaloka Dinamika yang saat ini sudah menggunakan layanan Digigarda, “Digigarda memberikan kemudahan dan efisiensi di perusahaan kami. Kami dapat dengan mudah melakukan monitoring dari pusat dan proses administrasi juga dapat lebih cepat dikerjakan. Penerapan teknologi digital ini menjadi elemen penting untuk perusahaan kami di dalam era persaingan usaha saat. Kami dengan mudah dapat terus tumbuh tanpa harus pusing dengan investasi teknologi yang terus berkembang,” ujarnya.
Di akhir wawancara Aditya mengatakan “Digigarda ingin menjalin kemitraan dan bersimbiosis mutualisme dengan seluruh stakeholder dari industri pengamanan, sehingga semua akan memperoleh manfaat dan berkembang bersama. Masukan, ide dan pengalaman dari para pengguna menjadi dinamika yang sangat penting untuk kami dapat terus memberikan layanan yang terbaik untuk industri pengamanan di Indonesia,” paparnya.
“Semoga hadirnya Digigarda ini bisa menjadi partner bisnis di bidang pengamanan berbasis teknologi. Saatnya BUJP di Indonesia menerapkan sistem pengamanan berbasis teknologi. Kami siap menjadi partner Anda dalam pengamanan,” tegasnya. []