JURNALSECURITY| Karanganyar–Manajemen RSUD Kartini Kabupaten Karanganyar mengakui jaminan keamanannya kurang. Jumlah satpam minim sehingga tak mampu mengawasi seluruh aktivitas di rumah sakit.
“Ada 400-600 pasien rawat jalan. Belum lagi dengan pengantar. Pada prinsipnya, kita enggak menolak pasien. Sehingga wajar jika membeludak di ruang tunggu. Kita enggak bisa membedakan mereka pasien, pembesuk maupun pelaku tindak kriminal,” kata Dirut RSUD Kartini, Wahyu Purwadi Rahmat seperti dilansir krjogja.com, Senin (8/7).
Ia membenarkan laporan kehilangan barang-barang milik pasien maupun pembesuk, yang masuk di kantor satpam. Biasanya, kehilangan berupa ponsel, dompet dan sebagainya. Sejauh ini, pihak keamanan sekadar menerima laporan kehilangan. Jika korban ingin menindaklanjuti, dipersilakan membuat laporan ke kantor polisi.
Mengenai keamanan di RSUD, Wahyu mengakui jumlahnya minim. Pos jaga diisi 12 orang yang terbagi tiga shift. Per shift diisi tiga orang yang bertugas delapan jam.
“Idealnya butuh 30 orang satpam. Nanti coba dikerjasamakan ke outsourching tenaga satpam terkait pengadaannya,” katanya.
Di RSUD Karanganyar, sekitar 90 persen pasien menggunakan layanan BPJS Kesehatan. Hampir setiap hari ruang rawat inap penuh dan rawat jalan tak berjeda. Terkait jam kunjung pasien, RSUD belum dapat memperketat aturannya.
Sementara itu dalam daftar laporan di pos satpam RSUD, tercatat 10 kali kehilangan mulai Februari 2019. Barang-barang berharga milik pasien maupun pembesuk raib. Bahkan banyak diantaranya tak dilaporkan seperti helm di area parkir.
“Sempat menemukan dompet di toilet berisi surat-surat dan kartu. Namun uangnya sudah tidak ada. Helm paling sering hilang,” kata seorang petugas keamanan yang enggan namanya dipublikasi.
Ia mengakui kewalahan berpatroli di area RSUD. Selain luas, seluruh aktivitas mustahil dikontrolnya. Di shiftnya, ia berkewajiban patroli tiap dua jam.
Kapolres Karanganyar AKBP Catur Gatot Efendi usai tasyakuran HUT ke-73 Bhayangkara di RSUD Kartini meminta masyarakat jujur menyampaikan koreksinya ke kepolisian.
“Koreksi adalah vitamin. Harapan kita, polisi milik masyarakat. Kita akan lebih profesional dalam menjalankan tugas dan menindaklanjuti keluhan masyarakat,” katanya. [fr]