JURNALSECURITY| Medan–Pengorbanan yang dilakukan seorang satpam asal Deliserdang ini membuktikan perjuangan seorang ayah begitu luar biasa untuk sang anak. Satpam bernama Rahmat ini memiliki seorang anak yang menderita epilepsi sejak kecil.
Pengobatannya membutuhkan biaya besar. Penghasilannya dari menjadi seorang satpam di sebuah perumahan sangat pas-pasan dan tak cukup untuk berobat. Rahmat merasa putus asa hingga berpikir untuk menjual ginjalnya demi pengobatan sang anak.
BACA JUGA:
Dilansir dari Tribunnews.com, Kamis (13/02/20), pengorbanan luar biasa dilakukan Rahmat (35) demi anak tercinta. Sebagai seorang ayah, ia tak tega melihat anaknya, Sri Rahayu (7), menderita. Saat ini Rahayu tak bisa berjalan.
Di saat anak seusianya sudah duduk di bangku SD, Rahayu setiap harinya hanya terbaring di kasur. Ia bahkan hanya bisa duduk apabila dibantu dan belum bisa berbicara. Penyakit Rahayu ini muncul saat ia berumur 9 bulan. Rahayu tiba-tiba panas tinggi dan kejang-kejang. Saat dibawa ke dokter, Rahayu didiagnosis menderita epilepsi.
“Kadang dia (Siti Rahayu) kumat, kejang-kejang. Dokter mengatakan epilepsi bang,” tutur Rahmat.
Siti Rahayu sebenarnya bukan anak tunggal. Ia memiliki seorang kakak dan adik, namun keduanya telah meninggal karena demam tinggi. Rendahnya penghasilan Rahmat tidak cukup untuk membawa anaknya berobat ke rumah sakit saat itu.
Rahmat yang tinggal di Jalan Cendrawasih, Gang Bogel, Dusun XVI Sentosa KM 12 Deliserdang itu hanya berprofesi sebagai satpam kompleks.
Penghasilan 1.1 Juta, Pengobatan 3 Juta
Dalam satu bulan penghasilan Rahmat hanya Rp1,1 juta. Sang istri yang juga bekerja hanya memiliki penghasilan Rp45 ribu sehari. Sementara untuk Rahayu berobat membutuhkan Rp3 juta per bulan.
“Gaji saya gak cukup, meskipun istri saya juga bekerja dengan penghasilan Rp45 ribu per hari,” kata Rahmat.
Rahmat tak memiliki Kartu Indonesia Sehat sehingga tak bisa berobat gratis. Ia pun terpaksa harus mendaftar BPJS mandiri. Sudah 2 bulan ini Rahmat mengaku menunggak BPJS karena tak memiliki uang.
“Saya terpaksa membayar BPJS mandiri. Ini pun sudah nunggak 2 bulan,” imbuh Rahmat.
Rahmat dan sang istri sudah putus asa memikirkan biaya pengobatan sang anak. Sementara kian hari kondisi Rahayu semakin menurun dan harus segera ditangani oleh dokter ahli. Rahmat kerap menjual darah untuk mendapatkan biaya tambahan berobat sang anak.
“Saya mendapatkan uang Rp1 juta dan Rp500 ribu dari dua kali jual darah,” tutur Rahmat.
Kali ini ia berniat menjual ginjalnya demi pengobatan Rahayu agar sembuh layaknya anak seusianya. Rahmat sering menawarkan ginjalnya di jalanan kawasan simpang Kampung Lalang, Medan. Ia mengalungkan tali di lehernya yang sudah ditempel kertas. Aksinya itu pun menjadi pusat perhatian para pengguna jalan.
“Saya jual ginjal untuk pengobatan anak saya penyandang disabilitas,” tulis Rahmat dalam kertas tersebut. [fr]
Sumber: keepo.me