Jurnalsecurity.com | Jakarta–Di tengah pesatnya transformasi digital, fakta mengejutkan datang dari dunia keamanan siber. Ternyata, sebesar 89% perusahaan di Indonesia belum siap melindungi sistem dan data penting mereka dari ancaman digital.
Temuan ini diungkap dalam Cybersecurity Readiness Index 2025 yang dirilis oleh Cisco. Laporan tersebut menyebutkan, hanya 11% perusahaan di tanah air yang benar-benar memiliki kesiapan memadai dalam menghadapi serangan siber yang kini semakin canggih, kompleks, dan beragam bentuknya.
Kondisi ini tentu menjadi peringatan keras bagi pelaku usaha. Menurut Edward, Direktur PT Nusa Network Prakarsa, rendahnya tingkat kesiapan tersebut disebabkan oleh pola pikir yang keliru. Masih banyak perusahaan yang menganggap keamanan siber hanyalah urusan teknis, padahal ancaman digital bisa berdampak langsung pada keberlangsungan bisnis, mulai dari kerugian finansial, rusaknya reputasi, hingga lumpuhnya operasional perusahaan.
“Banyak perusahaan belum memahami bahwa serangan siber tidak hanya menargetkan data, tetapi juga bisa mengganggu operasional hingga merusak reputasi perusahaan di mata publik,” ujar Edward.
Lebih lanjut, Edward menyebut bahwa salah satu faktor utama rendahnya kesiapan siber di Indonesia adalah minimnya investasi perusahaan dalam teknologi dan infrastruktur keamanan digital.
Banyak perusahaan masih menempatkan keamanan siber sebagai beban biaya, bukan sebagai investasi jangka panjang yang penting untuk menjaga keberlangsungan bisnis.
Selain itu, rendahnya kesadaran manajemen perusahaan juga menjadi penghambat besar. Keamanan siber sering kali tidak masuk dalam agenda strategis, sehingga pengambilan keputusan lebih berfokus pada aspek bisnis jangka pendek tanpa mempertimbangkan potensi kerugian besar akibat serangan siber.
Faktor berikutnya adalah keterbatasan sumber daya manusia yang ahli di bidang keamanan digital.
Jumlah tenaga profesional yang memahami cybersecurity masih sangat terbatas, sehingga perusahaan kesulitan membangun tim internal yang mampu merancang serta mengimplementasikan sistem pertahanan yang efektif.
Edward menekankan bahwa solusi dari masalah ini tidak bisa ditunda lagi. Perusahaan harus mulai membangun kesadaran sejak tingkat manajemen, mengalokasikan anggaran khusus untuk sistem keamanan, serta melakukan pelatihan kepada karyawan agar mampu mengenali dan mencegah potensi serangan siber.
“Keamanan siber adalah tanggung jawab bersama. Perusahaan perlu menggandeng mitra yang berpengalaman untuk membangun ekosistem digital yang aman, sehingga dapat menjaga data, reputasi, dan keberlanjutan bisnis,” kata Edward.
Sebagai perusahaan system integrator terpercaya, PT Nusa Network Prakarsa hadir untuk membantu berbagai perusahaan dalam menciptakan sistem keamanan siber yang kokoh.
Dengan pengalaman dan keahlian di bidang teknologi, Nusa Network Prakarsa menyediakan solusi terintegrasi mulai dari infrastruktur jaringan, keamanan data, hingga manajemen risiko digital.
Komitmen ini sejalan dengan misi perusahaan untuk mendukung transformasi digital yang aman dan berkelanjutan bagi dunia bisnis di Indonesia.[]