Jurnalsecurity.com | Pagi itu suasana di depan gedung perkantoran tampak sibuk. Mobil dan motor keluar masuk bergantian, sementara seorang satpam berdiri sigap di depan gerbang, menyambut setiap tamu dengan senyum ramah. Namanya Pak Joko. Di sela tugasnya mengatur parkir, matanya menangkap pemandangan kecil: seorang pengunjung dengan santai membuang bungkus roti di pinggir taman.
Bukannya marah, Pak Joko mendekat dengan sopan sambil berkata,
“Pak, mohon maaf ya, tempat sampahnya di sebelah sana. Biar halaman kita tetap bersih.”
Pengunjung itu tersenyum malu dan segera memungut sampahnya. Sekilas tampak sepele, tapi tindakan sederhana seperti itu sesungguhnya memiliki dampak besar. Karena di balik tugas keamanan yang dijalankan, satpam juga berperan sebagai pengarah etika lingkungan di area kerja — terutama dalam hal menjaga kebersihan.
Lebih dari Sekadar Penjaga Keamanan
Dalam banyak perusahaan, satpam seringkali dianggap hanya bertugas menjaga keamanan fisik — memeriksa tamu, mengatur lalu lintas kendaraan, atau memastikan fasilitas dalam kondisi aman. Padahal, satpam juga merupakan penjaga wajah perusahaan.
Mereka adalah orang pertama yang dilihat tamu dan pengunjung ketika datang. Maka, cara mereka bersikap, berkomunikasi, hingga memperlakukan lingkungan sekitar, akan memberi kesan awal tentang budaya perusahaan.
Di sinilah pentingnya peran satpam dalam mengarahkan pengunjung untuk menjaga kebersihan. Tindakan sederhana seperti mengingatkan tamu agar membuang sampah pada tempatnya sebenarnya bagian dari menjaga citra dan kenyamanan lingkungan kerja.
Satpam bukan sekadar penjaga pintu, tetapi juga penjaga disiplin sosial.
Seni Menegur dengan Sopan
Menegur orang lain — apalagi pengunjung atau tamu — tentu tidak mudah. Dibutuhkan seni komunikasi agar pesan tersampaikan tanpa menyinggung. Satpam yang baik memahami bahwa teguran harus disampaikan dengan bahasa yang ramah, nada yang tenang, dan ekspresi yang bersahabat.
Misalnya, alih-alih berkata keras, “Jangan buang sampah sembarangan!”, lebih baik menggunakan kalimat seperti:
“Pak, boleh bantu saya ya buang sampahnya ke tempat sampah di sebelah sana? Biar halaman kita tetap rapi.”
Atau, “Maaf ya Bu, tempat sampahnya ada di dekat pintu masuk. Kita jaga bareng-bareng biar bersih.”
Kalimat yang lembut seperti ini jauh lebih efektif. Pengunjung tidak akan merasa dipermalukan, justru akan menghargai sikap sopan dan tanggung jawab dari si satpam.
Kuncinya adalah mengajak, bukan menghakimi.
Memberi Contoh Lebih Kuat dari Seribu Kata
Sebelum bisa mengarahkan orang lain, satpam harus terlebih dahulu menjadi teladan. Bila area pos jaga bersih, tong sampah tertata rapi, dan satpam sendiri terlihat disiplin dalam menjaga kebersihan, maka pengunjung akan otomatis meniru.
Kebersihan memang sifatnya menular.
Satpam yang selalu terlihat aktif menjaga kerapian area depan, menyapu dedaunan, atau memungut sampah kecil tanpa ragu, memberi pesan kuat bahwa menjaga lingkungan adalah bagian dari tanggung jawab bersama.
Orang akan segan untuk mengotori tempat yang bersih dan terawat.
Dengan kata lain, keteladanan adalah bentuk edukasi paling efektif.
Tanpa banyak bicara, tindakan nyata lebih berpengaruh daripada seribu peringatan.
Menyiapkan Sarana yang Memudahkan Pengunjung
Tidak jarang pengunjung membuang sampah sembarangan bukan karena tidak peduli, tapi karena tidak tahu di mana tempat sampah berada.
Oleh karena itu, satpam bisa bekerja sama dengan bagian kebersihan atau manajemen gedung untuk memastikan fasilitas pembuangan sampah tersedia dan mudah dijangkau.
Beberapa langkah kecil yang bisa dilakukan antara lain:
- Menempatkan tong sampah di titik-titik strategis seperti dekat pintu masuk, area parkir, atau pos jaga.
- Memastikan tong sampah dalam kondisi bersih dan tidak penuh.
- Memberi tanda atau label sederhana seperti “Sampah Kering”, “Sampah Basah”, atau “Plastik” agar pengunjung bisa memilah dengan mudah.
- Menambahkan papan pengingat kecil yang ramah seperti “Buang Sampah di Sini Yuk” atau “Bersih Itu Aman, Aman Itu Nyaman.”
Dengan sarana yang memadai, satpam tidak perlu sering menegur. Lingkungan itu sendiri sudah “berbicara” untuk mengarahkan pengunjung bertindak dengan benar.
Pendekatan Edukatif dalam Menumbuhkan Kesadaran
Satpam juga dapat menjadi edukator lingkungan dengan cara sederhana dan persuasif.
Misalnya, ketika menyambut tamu, ia bisa menambahkan ucapan ringan seperti,
“Selamat datang, Pak. Kalau ada sampah, tempatnya di dekat taman ya.”
Ucapan singkat seperti itu tidak terdengar sebagai teguran, melainkan pengingat sopan yang disampaikan dengan cara natural.
Pendekatan edukatif semacam ini bisa diterapkan secara konsisten agar terbentuk kebiasaan di kalangan pengunjung dan karyawan.
Selain itu, satpam juga bisa mengingatkan secara tidak langsung melalui tindakan preventif — misalnya, menempatkan tong sampah kecil di dekat tempat duduk tamu, atau memastikan tidak ada area “abu-abu” yang rawan jadi tempat buang sampah sembarangan.
Menghubungkan Kebersihan dan Keamanan
Kebersihan dan keamanan ternyata memiliki hubungan yang erat. Area yang bersih dan tertata rapi memudahkan satpam melakukan pengawasan. Tidak ada benda mencurigakan yang tertutup tumpukan sampah, dan potensi bahaya seperti licin akibat tumpahan atau serpihan tajam bisa dihindari.
Sebaliknya, lingkungan yang kotor dan berantakan bisa memunculkan risiko keamanan: dari kecelakaan kecil, hingga munculnya hewan pengganggu.
Dengan demikian, saat satpam menjaga kebersihan, sebenarnya ia juga sedang menjaga keamanan secara tidak langsung.
Inilah mengapa peran satpam sebagai pengarah kebersihan bukan tambahan tugas, tapi bagian dari tanggung jawab profesionalnya.
Membangun Kerjasama dengan Karyawan dan Manajemen
Agar upaya menjaga kebersihan lebih efektif, satpam perlu mendapat dukungan dari seluruh elemen kantor.
Manajemen bisa menyiapkan pelatihan singkat tentang etika lingkungan, cara berkomunikasi dengan pengunjung, hingga strategi menciptakan area kerja yang bersih.
Karyawan juga harus dilibatkan — misalnya dengan program “Gerakan Kantor Bersih” yang dilakukan setiap Jumat pagi.
Dalam kegiatan seperti ini, satpam tidak hanya menjaga area, tapi ikut serta dalam aksi kebersihan. Keterlibatan itu memberi kesan bahwa semua pihak punya tanggung jawab yang sama.
Dengan kolaborasi, pesan kebersihan menjadi bagian dari budaya kerja, bukan sekadar imbauan sementara.
Membangun Kebiasaan Baik dari Pintu Depan
Lingkungan kerja yang bersih dan nyaman tidak tercipta dalam semalam. Ia terbentuk dari kebiasaan kecil yang dilakukan terus-menerus — termasuk kebiasaan membuang sampah pada tempatnya. Dan kebiasaan itu seringkali berawal dari pintu depan, dari pos jaga, dari sapaan ramah seorang satpam yang tak lelah mengingatkan dengan sopan.
Satpam bukan hanya pengawal keamanan, tapi juga penjaga kesadaran.
Dari caranya berbicara, bersikap, dan memberi contoh, satpam bisa menumbuhkan disiplin lingkungan yang menular kepada semua orang di kantor.
Seperti kata Pak Joko sambil tersenyum di akhir shift-nya:
“Kalau halaman depan bersih, tamu pun merasa nyaman. Dan kalau tamu nyaman, berarti kita berhasil menjaga bukan cuma keamanan, tapi juga kehormatan tempat kerja kita.”
Sebuah kalimat sederhana yang mengingatkan kita bahwa menjaga lingkungan, sesungguhnya adalah bagian dari menjaga martabat.[]
Seputar Lingkungan: https://dlhdharmasraya.org/



























