Jurnalsecurity.com | Setiap pagi, sebelum karyawan lain datang, biasanya satpam sudah lebih dulu tiba di area kerja. Mereka membuka gerbang, memeriksa keamanan, dan memastikan semuanya siap untuk memulai hari. Namun di balik rutinitas itu, ada ruang besar bagi peran yang sering tak disadari: menjaga bumi lewat kebiasaan ramah lingkungan.
Satpam adalah wajah pertama yang dilihat setiap orang ketika memasuki area kantor. Maka apa pun yang mereka lakukan — dari cara menjaga kebersihan hingga cara mengelola sampah — akan menjadi contoh nyata bagi seluruh lingkungan kerja. Kesadaran inilah yang bisa menjadi awal lahirnya budaya hijau di tempat kerja.
Di era modern yang penuh isu lingkungan, perubahan kecil sering dimulai dari hal paling sederhana. Dan satpam, dengan kedisiplinan serta kehadiran mereka setiap hari, bisa menjadi motor penggerak kebiasaan ramah lingkungan di kantor.
1. Menjaga Kebersihan Sebagai Bentuk Kepedulian
Kebersihan bukan hanya soal estetika, tapi juga bagian dari tanggung jawab lingkungan. Satpam bisa memulainya dari hal paling sederhana: memastikan area pos jaga, gerbang, dan sekitarnya selalu bersih.
Tidak perlu menunggu petugas kebersihan, cukup dengan kesadaran diri untuk memungut sampah kecil, menyapu halaman, atau menata area parkir agar terlihat rapi.
Kebiasaan ini punya efek domino. Ketika satpam rajin menjaga kebersihan area depan, karyawan lain pun akan segan membuang sampah sembarangan. Mereka melihat, lalu meniru. Dari situ terbentuk budaya “bersih karena terbiasa”.
Selain itu, satpam juga bisa menjadi pengingat ramah bagi setiap tamu atau pegawai yang tanpa sadar membuang sampah di tempat yang salah. Dengan cara sopan dan komunikatif, mereka bisa menanamkan kebiasaan baik tanpa menimbulkan rasa tersinggung.
2. Memilah Sampah Sejak dari Pos Jaga
Sampah menjadi masalah besar di banyak tempat kerja. Padahal, jika sejak awal dipilah, jumlah sampah yang masuk ke TPA bisa jauh berkurang. Satpam dapat memulai kebiasaan sederhana ini di area pos mereka.
Misalnya, dengan menyiapkan dua wadah terpisah — satu untuk sampah organik (daun, sisa makanan), satu lagi untuk sampah anorganik (plastik, botol, kertas). Saat orang lain melihat bahwa satpam saja sudah menerapkan sistem ini, mereka akan terdorong untuk melakukan hal yang sama di meja kerja masing-masing.
Kantor yang menyediakan tempat sampah terpilah di area publik juga akan terbantu jika satpam ikut mengawasi penggunaannya. Dengan begitu, sistem kebersihan berjalan lebih efektif dan kesadaran kolektif tentang pengelolaan sampah meningkat.
3. Menghemat Energi Sebagai Tanggung Jawab Bersama
Salah satu kebiasaan ramah lingkungan paling mudah diterapkan adalah menghemat energi. Satpam bisa memulainya dengan tindakan-tindakan kecil seperti mematikan lampu di area luar saat siang hari, memastikan AC di ruang umum dimatikan setelah jam operasional, atau memeriksa apakah kran air tertutup rapat.
Kebiasaan ini mungkin terlihat sepele, tapi dampaknya besar bagi efisiensi energi perusahaan. Setiap lampu yang dimatikan lebih awal berarti menghemat listrik, mengurangi emisi karbon, dan menghemat biaya operasional kantor.
Satpam yang bertugas hingga malam juga bisa menjadi pengingat bagi karyawan yang lembur agar tidak lupa mematikan perangkat listrik sebelum pulang. Dari langkah-langkah sederhana itu, tercipta kesadaran bersama bahwa menjaga energi adalah tanggung jawab setiap orang.
4. Menggunakan Barang Secara Bijak dan Tidak Boros
Di banyak pos jaga, sering ditemukan penggunaan barang yang berlebihan, seperti air mineral dalam botol plastik sekali pakai, tisu, atau alat tulis. Satpam bisa menjadi pelopor perubahan dengan menggunakan barang secara bijak dan berulang.
Contohnya, membawa botol minum sendiri (tumbler) daripada membeli air kemasan setiap hari. Selain menghemat uang, cara ini juga mengurangi limbah plastik. Satpam juga bisa memanfaatkan kembali kertas bekas untuk catatan kecil, atau menggunakan kain lap daripada tisu sekali pakai untuk membersihkan meja.
Tindakan kecil seperti ini mencerminkan sikap peduli lingkungan sekaligus menumbuhkan rasa tanggung jawab pribadi terhadap sumber daya yang digunakan.
5. Menanam dan Merawat Tanaman di Area Kerja
Tidak semua orang sadar bahwa lingkungan kantor yang hijau dapat meningkatkan kenyamanan dan menurunkan stres. Satpam, yang menghabiskan banyak waktu di luar ruangan, bisa berperan aktif dalam menjaga taman kantor.
Menanam tanaman hias, menyiram bunga, atau sekadar merapikan pot tanaman yang tergeser bisa menjadi rutinitas kecil yang membawa manfaat besar. Jika dilakukan rutin, area sekitar pos jaga akan terlihat lebih asri dan hidup. Bahkan, beberapa satpam kreatif menanam sayur kecil di pot bekas air mineral — contoh nyata bahwa kepedulian terhadap lingkungan bisa dimulai dari ruang sekecil apa pun.
Tindakan itu bukan hanya membuat suasana lebih indah, tapi juga mengajarkan nilai tanggung jawab ekologis kepada semua orang yang melihatnya.
6. Mengedukasi Melalui Keteladanan
Salah satu kekuatan terbesar seorang satpam adalah keteladanan. Mereka berinteraksi dengan hampir semua orang — dari karyawan, tamu, hingga petugas kebersihan. Maka, kebiasaan baik yang mereka tunjukkan memiliki efek menular.
Saat satpam terlihat membuang sampah pada tempatnya, mematikan lampu dengan disiplin, atau menyiram tanaman dengan rutin, pesan yang tersampaikan jauh lebih kuat daripada sekadar tulisan “Jaga Kebersihan!” di dinding.
Satpam juga bisa mengingatkan dengan cara santai, misalnya berkata, “Biar saya bantu buang ke tempat sampah ya, biar area kita tetap rapi.” Sikap seperti ini mengedukasi tanpa menggurui, dan menciptakan hubungan yang positif antarpegawai.
7. Mengelola Barang Bekas dan Limbah Kecil
Barang-barang bekas seperti baterai, botol air, atau kardus sering ditemukan di area parkir dan pos jaga. Satpam bisa membantu mengelolanya agar tidak berakhir sebagai sampah biasa.
Contohnya, dengan mengumpulkan baterai bekas di wadah khusus untuk kemudian diserahkan ke pihak yang bisa mendaur ulang, atau menjual botol plastik ke pengepul untuk dana sosial sederhana.
Langkah ini bukan hanya menjaga lingkungan, tetapi juga bisa menjadi inspirasi sosial — bahwa sampah pun punya nilai jika dikelola dengan benar.
8. Mendorong Budaya “Hijau” di Lingkungan Kantor
Budaya hijau (green culture) tidak bisa tumbuh tanpa contoh konkret di lapangan. Satpam bisa menjadi penggerak utama dengan konsisten melakukan hal-hal kecil setiap hari.
Misalnya, menempelkan pesan ringan di pos seperti “Matikan Lampu Saat Tidak Digunakan” atau “Gunakan Air Secukupnya.” Pesan sederhana namun efektif jika dilakukan terus-menerus.
Lebih jauh lagi, mereka bisa mengusulkan kegiatan lingkungan seperti kerja bakti, lomba kebersihan area kerja, atau gerakan penghijauan kecil di kantor. Dengan dukungan manajemen, kegiatan ini bisa menjadi bagian dari program keberlanjutan perusahaan.
9. Manfaat Langsung Bagi Satpam dan Lingkungan
Menjalani gaya hidup ramah lingkungan bukan hanya menguntungkan bumi, tapi juga diri sendiri. Satpam yang terbiasa bekerja di lingkungan bersih dan hijau akan merasa lebih nyaman, sehat, dan produktif. Udara segar, lingkungan yang tertata, serta hubungan sosial yang baik dengan rekan kerja dapat meningkatkan semangat dan kepuasan kerja.
Selain itu, satpam yang aktif menerapkan kebiasaan ramah lingkungan juga menumbuhkan citra positif. Mereka dipandang bukan hanya sebagai penjaga keamanan, tetapi juga penjaga kelestarian. Ini adalah bentuk profesionalisme baru di era modern.
Perubahan Besar Dimulai dari Langkah Kecil
Membiasakan diri untuk peduli lingkungan tidak harus menunggu program besar atau instruksi resmi. Ia bisa dimulai dari langkah kecil — dari satu orang yang mau bertindak. Satpam, dengan dedikasinya menjaga keamanan setiap hari, punya peluang besar untuk menjadi pelopor perubahan itu.
Seperti kata pepatah, “Menjaga bumi adalah bentuk penjagaan paling mulia.” Maka, ketika satpam ikut menjaga lingkungan, sesungguhnya mereka sedang menjaga masa depan kita bersama — memastikan tempat kerja, kota, dan bumi ini tetap aman, bersih, dan layak untuk generasi berikutnya.[]
Seputar Lingkungan: https://dlhacehutara.org/




























