JURNALSECURITY|Washington – Gedung Putih mempertimbangkan untuk mencabut akses keamanan dari enam mantan pejabat tinggi Amerika Serikat di bidang keamanan terkait dengan kritik mereka kepada Presiden Donald Trump.
Para pejabat ini kerap berbicara di berbagai media massa, seperti televisi, dengan mengkritik kebijakan Trump. Salah satunya menyebut Trump melakukan kesalahan terkait dengan jumpa pers di Helsinki, Finlandia, pada pekan lalu.
“Presiden Trump sedang mengeksplorasi mekanisme untuk mencabut akses keamanan ini,” kata Sarah Sanders, juru bicara Gedung Putih, seperti dilansir Reuters, Selasa, 24 Juli 2018.
Menurut Sanders, para pejabat ini ditengarai telah mempolitisasi dan memonetisasi jabatan publik, yang pernah mereka emban, serta akses keamanan tingkat tinggi, yang masih mereka miliki.
“Misalnya membuat tuduhan tanpa dasar adanya kontak tidak wajar atau berada di bawah pengaruh Rusia,” ujarnya mengenai contoh kritik yang sebagian mereka lontarkan kepada Trump di media massa, seperti televisi, dan Twitter.
Mereka adalah John Brennan, yang merupakan bekas direktur CIA pada masa pemerintahan Presiden Barack Obama. Brennan mengkritik keras pernyataan Trump yang terkesan mendukung pernyataan Presiden Rusia Vladimir Putin, bahwa Rusia tidak melakukan intervensi dalam pemilihan Presiden Amerika 2016 saat jumpa pers di Helsinki.
Pejabat lain di antaranya James Comey, mantan direktur FBI; Andrew McCabe, eks wakil Comey; dan James Clapper, mantan Direktur Intelijen Nasional.
Lalu ada Susan E. Rice, mantan penasihat keamanan nasional era Obama, dan Michael Hayden, eks Direktur Badan Keamanan Nasional NSA.
Trump berencana mencabut akses keamanan tingkat tinggi bagi bekas pejabat tinggi intelijen dan keamanan ini setelah mendapat usul itu dari Senator Rand Paul, yang berasal dari Partai Republik.
Media New York Times melansir Comey dan McCabe tidak lagi memiliki akses keamanan tingkat tinggi begitu berhenti dari jabatannya. Trump memberhentikan Comey pada 2017 dan Jaksa Agung Jeff Sessions memberhentikan McCabe pada awal 2018. Comey pernah menyebut Trump tidak lagi layak secara moral sebagai presiden.
Pejabat di bidang intelijen, pertahanan, dan diplomasi biasanya masih memiliki akses keamanan tingkat tinggi di lembaganya karena masih menjalankan fungsi sebagai penasihat.
Akses keamanan ini, seperti dijelaskan beberapa bekas pejabat, juga memberikan keuntungan personal kepada pejabat yang bersangkutan. Salah satunya memudahkan mereka mendapatkan pekerjaan di perusahaan swasta bidang keamanan atau pertahanan.
Pencabutan akses keamanan tingkat tinggi ini bisa melemahkan upaya mereka sebagai konsultan, pelobi, hingga penasihat di lingkungan pemerintahan Washington karena mereka kehilangan akses terhadap informasi rahasia.
Menurut data dari kantor Direktur Intelijen Nasional, saat ini ada sekitar 4,1 juta orang memegang akses keamanan dengan tingkatan berbeda. Sekitar 1,3 juta orang memiliki akses keamanan tingkat tinggi.
Mengenai rencana Trump ini, Clapper, yang berhenti dari posisinya sebelum Trump menjabat, mengatakan pencabutan akses keamanan merupakan hal kecil. “Ada proses formal untuk melakukan ini, tapi Anda tahu, saya kira, secara legal, Presiden memiliki hak prerogatif ini,” ucapnya kepada CNN.
Clapper menambahkan, “Presiden bisa mencabut atau menghentikan sementara akses keamanan menurut pertimbangannya. Jika dia melakukannya karena alasan politik, maka saya pikir itu menjadi preseden yang buruk. Itu merupakan penyalahgunaan sistem.”
Sedangkan Hayden, yang juga pernah menjabat Direktur NSA dengan pangkat terakhir jenderal bintang empat dari angkatan udara, menuturkan, “Saya tidak kembali ke kantor untuk mengikuti briefing rahasia. Tidak akan berdampak terhadap apa yang saya tulis atau katakan.”
Kantor CIA dan Direktur Intelijen Nasional, yang membawahi semua lembaga intelijen, mengatakan tidak ada komentar mengenai rencana Trump ini.
Namun rencana Trump ini mendapat kritik pedas. “Itu ditujukan untuk menghukum dan mengintimidasi para pengkritiknya dan itu memalukan,” kata Jeffrey H. Smith, mantan penasihat hukum CIA. [fr]
Sumber: tempo.co