JURNALSECURITY| Solo–Saat beberapa partai petahana diprediksi kandas di perebutan kursi DPRD Surakarta, Partai Solidaritas Indonesia (PSI) muncul memberi kejutan. Antonius Yogo Prabowo menjadi satu-satunya caleg PSI yang lolos lewat Dapil Kecamatan Jebres.
Yogo sudah 13 tahun bekerja sebagai satpam, tiga tahun di sebuah pabrik di Merak, Banten dan 10 tahun di RS Panti Waluyo, Solo. Lulusan Sekolah Menengah Pekerjaan Sosial (sekarang SMKN 7 Surakarta) ini terakhir kali menjabat sebagai pelaksana bagian umum.
“Saya pernah menjadi satpam, petugas cleaning service, terakhir di bagian umum RS Panti Waluyo membawahi ratusan karyawan. Karena sekarang sibuk pemilu, saya keluar dari RS,” kata Yogo saat ditemui di rumahnya, Jalan Agung Selatan 6, Kelurahan Mojosongo, Jebres, Solo, Selasa (30/4/2019).
Yogo memang dilahirkan dari keluarga sederhana. Dia kini tinggal di rumah sederhana bersama istri, satu anaknya yang duduk di bangku SMA, juga ayah dan ibunya.
Saat ditemui detikcom, rumah itu terlihat berantakan karena memang hampir setiap hari digunakan aktivitas relawan. Bahkan teras rumahnya disulap menjadi warung wedangan untuk kawan-kawan pendukungnya.
“Ini tidak jualan, gratis. Bahkan temen-temen itu suka bawa kopi sendiri, bawa gula sendiri ke sini. Karena mereka tahu calegnya nggak punya uang,” canda pria berusia 41 tahun itu.
Bermodal uang Rp 5 juta hasil gadai motor trail dan sejumlah uang tabungannya, Yogo nekat maju menjadi caleg. Dia mengaku tidak pernah memberikan uang sepersen pun kepada calon pemilih dan rekan-rekannya.
“Bahkan temen-temen itu ikhlas memasang atribut partai di jalan-jalan tanpa dibayar. Saya pun selalu ikut, sampai jam tiga pagi, hujan-hujanan, saya alami. Kalau saya punya uang ya tinggal bayar orang saja,” katanya.
Hingga usai masa kampanye, Yogo mengaku hanya menghabiskan dana sekitar Rp 12 juta. Dia pun merasa tak mampu membayar saksi di TPS-TPS untuk mengawal pemilu.
Dengan kondisi yang serba terbatas, Yogo berpikir harus melakukan kampanye dengan cara antimainstream. Salah satunya dengan mendekati kelompok pemuda yang hobi main gim ataupun olahraga.
“Di Jebres itu ada komunitas gim mobile legend, mereka tidak pernah disentuh politisi, saya yakinkan mereka bahwa PSI dan Jokowi akan mendukung hobi mereka. Ada juga kelompok badminton, kita kumpul bareng olahraga bareng, itu yang mereka inginkan,” kata dia.
Pengalaman Yogo yang aktif di berbagai organisasi juga mempermudah langkahnya. Beberapa organisasi yang dia geluti, antara lain karang taruna, pramuka, komunitas pecinta alam, dan terutama pemuda gereja.
Selain itu, keahliannya di bidang hidroponik dia gunakan untuk menarik minat ibu-ibu PKK di sekitar kampung. Tak hanya memberi pelatihan, dia juga memberi pendampingan.
“PSI memang melarang calegnya melakukan money politic, karena ini adalah rantai setan yang nantinya melahirkan koruptor,” katanya.
Yogo diprediksi memperoleh 4 persen suara atau sekitar 3 ribuan suara di Dapil Jebres. Meski hanya satu orang wakil PSI di dewan, Yogo mengaku akan memberi suasana baru di tengah dominasi PDIP yang diperkirakan meraih 30 dari 45 kursi.
Menurutnya, PSI memberlakukan aturan ketat terhadap seluruh anggota dewan nantinya. Antara lain mereka tidak boleh membolos. Hal ini dibuktikan dengan cara membuat siaran langsung kegiatannya setiap hari di media sosial.
Bahkan melalui aplikasi PSI, nantinya masyarakat bisa menilai hasil kerja kadernya dengan memberikan tanda bintang. Kader yang tak disukai rakyat bisa dievaluasi bahkan dipecat.
“Memang PSI hanya punya satu suara di dewan. Namun tugas saya memulai membuat perubahan. Paling tidak saya akan mengganggu tidur nyenyak anggota-anggota dewan lainnya,” pungkasnya. [fr]
Sumber: Detik.com