JURNALSECURITY.com| Sidoarjo–Perempuan-perempuan ini berkiprah di dunia satuan pengamanan (satpam) alias sekuriti. Di profesi yang mayoritas laki-laki, mereka bekerja secara profesional dan tidak meninggalkan kodratnya.
Seragam safari biru tua tampak cocok di badan Devy Puji Lestari. Lengkap dengan topi, Devy makin terlihat gagah. Sebuah borgol dicantolkan di salah satu bagian celana. Begitu pula tongkat keamanan yang tak pernah absen. Ya, Devy adalah petugas sekuriti perempuan.
Seperti tugas petugas sekuriti pada umumnya, Devy bertanggung jawab dalam hal pengamanan dan menciptakan situasi yang kondusif. Sehari-hari dia bertugas mengamankan sebuah mal di Kota Delta. Senin pagi (10/4) pun demikian. Devy memulai dinas dengan berpatroli di kawasan Sun City Mal.
Ketika berada di lantai 2, Devy berhenti sejenak di samping lift untuk menengok keamanan alat tersebut. Dia juga mengawasi suasana keramaian pusat perbelanjaan dari tepi balkon. Devy menyebutkan, menjadi petugas keamanan sudah menjadi cita-citanya. Menurut dia, menjaga keamanan adalah tugas yang mulia.
Dia sempat mendaftar sebagai anggota kepolisian hingga tiga kali. Tes akademik membuatnya gagal. ’’Rasanya sudah nggak mungkin waktu itu daftar lagi. Sangu sudah habis,” ujar Devy. Anaksulung dari pasangan Mochamad Taufiq dan Suliyati tersebut kemudian merelakan ambisinya untuk menjadi polisi wanita (polwan).
Tidak berarti semangat yang berkobar padam. Sembari membantu sang ayah berjualan kelapa di Pasar Sugihwaras, Candi, Devy getol mencari pekerjaan yang tidak megkhianati nalurinya. Bagi Devy, menjaga keamanan adalah passion. Sampai akhirnya, tawaran menjadi petugas sekuriti menghampirinya. ’’Kalau polisi kan mengamankan negara, kalau kami mengamankan masyarakat. Menurut saya ya sama-sama mulia,” tutur perempuan 23 tahun itu.
Meski resmi bekerja sebagai satpam sejak 2016, Devy begitu berbakti kepada orang tuanya. Di luar sif kerja, Devy menyempatkan diri untuk membantu ayahnya berdagang di pasar. Dia menjadi tumpuan sang ayah untuk membawa barang dagangan dengan sepeda motor. ’’Dulu sama ibu dagangnya. Sekarang ibu sakit-sakitan, jadi saya bantu terus,” katanya.
Dalam melaksanakan tugas sebagai satpam, Devy berpegang teguh pada satu hal. ’’Tegas, tapi tetap tersenyum,” ucapnya. Keterampilan yang sudah diajarkan seperti bela diri, senam borgol, dan senam tongkat membuatnya selalu tenang dan semringah. Namun, matanya tetap waspada akan gerak-gerik orang yang mencurigakan. Tak heran jika belasan pengutil di tempat kerja pernah ditangkap Devy. ’’Kebanyakan tante-tante sama anak-anak,” ujarnya.
Karena selalu mengenakan seragam safari, tak jarang Devy mengalami hal lucu. Mulai wajah takut laki-laki saat lewat didepannya hingga dikira kuliah sebagai pelaut. Ada pula yang sempat mencibirnya. ’’Perempuan kok jadi satpam,” tiru Devy, lalu tersenyum.
Baginya, petugas sekuriti itu wonder woman. ’’Ini seragam kebanggaan saya,” tegasnya. Bukannya minder, Devy justru makin semangat melanjutkan sekolah di bidang keamanan agar bisa menjadi manajer. ’’Lagi nabung supaya bisa lanjut ke Gada Pratama, Gada Madya, sampai Gada Utama,” ungkap cewek yang hobi membaca tersebut.
Dalam benaknya, belum ada perempuan yang bisa naik ke level manajer keamanan. Jadi, Devy makin bersemangat agar kedua adiknya bisa bersekolah ke jenjang yang lebih tinggi dan tak lagi terbentur biaya. Apalagi, pendidikan satpam sudah diatur dalam peraturan Polri. ’’Aku kan tulang punggung keluarga. Tapi, aku juga nggak mau melepas apa yang saya pegang sebagai cita-cita mulia. Yakni, mengamankan masyarakat,” tuturnya. [FR]
Sumber: Jawa Pos