JURNALSECURITY.com| Surabaya – Maraknya aksi kejahatan menggugah para pelaku industri sistem keamanan untuk berbuat membantu perusahaan atau instansi pemerintahan dalam meningkatkan sistem keamanan mereka melalui teknologi.
Dipelopori oleh Stefanus Ronald Juanto dan Darwin Lestari, para pelaku industri itu kemudian berkumpul, dan mendirikan wadah yang dinamakan Asosiasi Industri Sistem Keamanan Indonesia (AISKINDO).
Nama AISKINDO digaungkan sejak 26 Agustus 2016 lalu, dan baru diresmikan pada 28 Desember 2016 di Jakarta. Menurut Ronald, saat ini anggota AISKINDO sebanyak 45 perusahaan atau orang, dan beroptensi bertambah mengingat perusahaan di sektor penyedia sistem keamanan ini sangatlah banyak.
Visi didirikannya AISKINDO ialah meningkatkan layanan dan teknologi sistem keamanan di Indonesia. Sedangkan misi yang diemban ialah menjadi wadah komunikasi pelaku sistem keamanan dengan lembaga dan pemerintah, menaungi inspirasi dan aspirasi anggota, dan meningkatkan profesionalisme melalui pelatihan dan standardisasi.
Setelah terbentuk di Jakarta, AISKINDO akan membuka dewan pimpinan cabang (DPC) di daerah. Dikatakan Ronald, daerah pertama ialah Kota Surabaya. Dengan demikian, maka program dari AISKINDO dengan mudah dilaksanakan.
Adapun beberapa programnya, diantaranya menjaring pelaku yang bergerak di industri sistem keamanan di seluruh Indonesia, membuat event atau gathering antar anggota di seluruh Indonesia, mengadakan pelatihan dan sertifikasi baik internal maupun eksternal, dan audiensi dengan berbagai lembaga dan instansi pemerintah.
Ronald juga menyampaikan rasa prihatin terhadap persaingan harga di industri sistem keamanan tanpa memperhatikan layanan. Contohnya kabel yang digunakan untuk Closed Circuit Television (CCTV) kualitasnya rendah, tentu dengan harga murah. Namun tidak diiringi dengan layanan yang bagus.
“Karenanya, AISKINDO hadir untuk menjadi wadah dalam mengklasifikasikan dan sertifikasi tentang pemasangan sistem keamanan di level tertentu. Tujuannya untuk meningkatkan sistem keamanan mulai dari alarm, access control, dan surveillance,” jelas Ronald dilansir surabayapost.net.
Ke depannya, Ronald bersama AISKINDO akan melakukan penetrasi ke Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), untuk memberikan pelatihan. Alasannya, tenaga kerja yang spesifik membidangi sistem keamanan ini masih minim. Sehingga begitu mereka lulus sekolah langsung terserap di industri sistem keamanan ini.
Dia berharap, di Indonesia didirikan pabrik khusus produk sistem keamanan ini. Sejauh ini, kata Ronald, di Indonesia hanya ada perakitan. Rata-rata produk sistem keamanan ini masih impor dari beberapa negara, diantaranya Tiongkok, Taiwan, Korea, Jepang, Amerika Serikat, Inggris. Impor dari Tiongkok mendominasi dengan komposisi 37%.
“Di Indonesia belum ada pabriknya, padahal industri ini perputaran produknya cukup besar mencapai 2 triliun rupiah per tahun. Dan angka itu terus meningkat karena kebutuhan mengantisipasi angka kriminalitas di Indonesia cukup tinggi. Pertumbuhan ini harus diimbangi dengan skill, makanya kami ingin masuk ke SMK,” paparnya.
Di kesempatan yang sama, Darwin Lestari selaku Dewan Penasehat AISKINDO mengatakan bahwa industri sistem keamanan ini semakin bertumbuh semenjak kejadian Bom Bali beberapa tahun silam. Sebelum itu, kebanyakan perusahaan sistem keamanannya hanya menggunakan tenaga satuan keamanan (Satpam).
“Kami sadar betapa pentingnya sistem keamanan ini untuk membantu membangun Indonesia yang aman. Kami ingin mengedukasi masyarakat bahwa tugas mengamankan lingkungan bukan hanya tugas pemerintah, tapi juga tugas kita bersama. Misal memasang kamera di depan rumah. Hampir semua tingkatan criminal akhirnya terungkap dari security sistem ini,” jelasnya.
Dia sependapat dengan Ronald bahwa tenaga di bidang security sistem ini masih minim. Karena security sistem ini di Indonesia belum diakui sebagai bidang keilmuan. Kondisi itu berbeda dengan di Inggris dan Australia.
“Disana ada jurusan baru khusus security sistem di luar jurusan teknik sipil. Di Indonesia belum ada tenaga khusus di bidang ini yang siap pakai. Sekarang ini industri security sistem ini bertumbuh, tapi human resource belum banyak,” katanya. [FR]