JURNALSECURITY| Jakarta–Masker menjadi salah satu barang penting dalam mencegah penularan virus corona (COVID-19). Bahkan, akibat wabah virus corona, masker menjadi barang langka karena banyak diburu masyarakat.
Pemerintah juga telah meminta masyarakat tidak panic buying dan memprioritaskan mereka yang menggunakan masker medis adalah tenaga kesehatan dan orang yang sedang sakit. Sedangkan masyarakat sehat disarankan untuk memakai masker kain.
Banyak jenis masker yang bisa digunakan untuk menangkal virus corona. Dan tidak semua masker bisa digunakan sehari-hari dan ada juga yang hanya ditujukan bagi petugas medis.
Agar tidak salah dalam memanfaatkan masker, masyarakat perlu mengetahui jenis-jenis masker, fungsi, dan tingkat proteksinya.
Setidaknya, ada empat jenis masker yang beredar, yaitu masker kain, masker bedah, masker N95, dan respirator mask atau full-face mask.
Dokter spesialis paru RSUP Persahabatan, dr. Erlina Burhan, menjelaskan rinci empat jenis masker dan tingkat proteksinya yang berbeda-beda. Proteksi paling rendah ada pada masker kain, sedangkan dan tertinggi pada respirator mask.
Dokter Erlina mengatakan, masker kain tidak mampu menyaring seluruh partikel droplet atau partikel melayang di udara. Maka dari itu, perlindungan yang diberikan masker kain pun terbilang minim.
Kapasitas filtrasi masker kain hanya mampu menyaring 10-60 persen partikel berukuran 3 mikron. Dengan kata lain, tingkat kebocoran masker kain terbilang tinggi.
Meski begitu, masyarakat yang sehat tetap bisa memanfaatkan masker ini untuk memperkecil potensi penularan, bila memang tidak tersedia masker jenis lainnya.
“Masker kain ini bisa dipakai oleh masyarakat yang sehat, digunakan di tempat umum dan fasilitas lainnya, tapi tetap menjaga jarak 1-2 meter. Karena masker kain ini tidak bisa memproteksi masuknya semua partikel. Masker kain ini tidak disarankan bagi tenaga medis karena 40-90 persen partikel dapat menembus masker,” ungkap Erlina di Kantor BNPB, Jakarta Timur, seperti dilansir Kumparan.com Rabu (1/4).
Keuntungan memakai masker kain adalah karena ia dapat dipakai secara berulang-ulang. Ia pun menganjurkan, masyarakat yang rutin memakai masker kain, hendaknya rutin dicuci dengan detergen. Atau bila perlu dikombinasikan dengan memakai air hangat, karena detergen dan air hangat bisa membunuh virus.
Masker bedah mungkin paling familiar bagi masyarakat. Namun, masker ini kini jadi paling langka di pasaran.
Dokter Erlina menjelaskan, dibanding masker kain, masker bedah jauh lebih efektif melindungi dari paparan virus yang melalui droplet.
Namun, masker bedah masih belum efektif sepenuhnya untuk melindungi diri dari paparan partikel bebas di udara. Hal itu dikarenakan masih ada kebocoran pada masker bedah karena tidak menutup wajah secara penuh.
Masker bedah ini diprioritaskan untuk orang sakit dan dokter yang sehari-hari berhubungan langsung dengan pasien.
“Masker bedah ini bisa dipakai oleh masyarakat bilamana ada gejala flu, batuk, bersin, hidung berair, demam dan nyeri tenggorokan. Sedangkan bagi tenaga medis ini dipakai di fasilitas layanan kesehatan,” kata Erlina.
“Tapi memang tidak bisa dipakai untuk melindungi partikel aerosol dan airborne. Dan efektivitasnya adalah bisa memfiltrasi 30-96 persen partikel dengan ukuran 0,1 mikron,” jelasnya.
Erlina mengingatkan, masker bedah sifatnya sekali pakai. Sangat tidak dianjurkan memakai secara berulang atau memakai masker yang sudah basah oleh keringat atau sudah mulai kotor.
Tingkat proteksi yang lebih tinggi ditawarkan masker N95. Masker ini mampu menfilter partikel berukuran 0,1 mikron dengan efektivitas di atas 95 persen.
Erlina mengatakan, masker N95 bisa melindungi dari paparan droplet maupun paparan partikel di udara. Hal ini lantaran tak ada kebocoran pada masker N95, sehingga tak ada potensi paparan.
Erlina menyebutkan, masker jenis ini dianjurkan hanya dipakai petugas kesehatan dan bukan masyarakat umum. Petugas kesehatan yang dimaksud adalah mereka yang berinteraksi dengan pasien dengan potensi penularan tinggi.
“Ini adalah masker yang dipakai tenaga medis yang harus kontak langsung dan dekat dengan pasien-pasien dengan tingkat infeksi tinggi,” tuturnya.
Respirator mask atau full-face mask umumnya dipakai di lingkungan industri dengan paparan partikel berbahaya.
Lebih dari masker kain, masker bedah, maupun masker N95, respirator mask memiliki proteksi nyaris 100 persen, yaitu 99 persen. Hampir bisa dipastikan tak ada partikel berukuran 0,1 mikron bisa menembus masker jenis yang satu ini, baik lewat droplet maupun transmisi udara.
Erlina menyebutkan, masker ini bisa dipakai secara berulang-ulang. Namun, tetap harus dibersihkan secara rutin dengan desinfektan.
“Dapat dipakai berulang, tapi tentu saja harus digersihkan dengan desinfektan secara benar,” kata Erlina.
Tips Sederhana Agar Proteksi Masker Optimal
Setelah mengetahui jenis dan perbedaan masker, kini masyarakat juga perlu tahu tata cara yang benar dalam penggunaan masker. Tata cara ini agak spesifik mengarah pada masker kain, masker bedah dan masker N95. Mengingat masker respirator jarang digunakan masyarakat umum ataupun dokter.
Menurut dr. Erlina, sebaik apa pun kualitas masker, kalau tata cara pemakaiannya tidak baik, juga tidak akan efektif melindungi orang yang memakai.
Berikut tips menggunakan masker yang baik menurut dr. Erlina Burhan:
Masker menutupi hidung dan mulut. Kalau perlu bagian paling bawah masker sampai ke bawah dagu, ditarik, dan bagian atasnya ditekan. Pada masker bedah, ada kawat elastis di bagian atas masker, itu bisa ditekan mengikuti tekstur hidung. Tujuannya adalah agar tersisa sesedikit mungkin celah bagi untuk partikel masuk.
Melepaskan masker hanya dengan memegang talinya, dan jangan memegang maskernya. Karena bisa saja di permukaan luar masker ada virus yang menempel selama kita beraktivitas dengan masker itu.
Jangan merasa aman hanya karena telah memakai masker. Memakai masker tetap harus dikombinasikan dengan perilaku hidup sehat lainnya, seperti mencuci tangan dengan sabun di air yang mengalir. [fr]
Sumber: kumparan.com