JURNAL SECURITY | Jakarta–Level berpikir Satpam dalam konteks tugas dan pekerjaan untuk menerima dan memberi dari berbagai informasi yang berhubungan dengan pihak internal dan pihak eksternal. Contoh kecil dalam hal membuat laporan pelaksanaan tugas, apakah mengandung unsur-unsur pengingat dari kegiatan yang sudah dilalui.
Level berpikir ini untuk mengarahkan Satpam Indonesia mempunyai pemikiran yang luas dan mempunyai wawasan baik level anggota sampai dengam level manager Satpam? Terkadang pikiran itu tidak memandang jabatan atau posisi Satpam tertentu, justru ada yang cerdas anggotanya dibandingkan dengan komandannya “tapi tidak banyak seperti ini” % nya kecil dan tidak signifikan.
Selama menjalankan tugas kekuatan berpikir Satpam terletak saat ketika menghadapi banyak kegiatan di tempat kerja, menghadapi komplain dari klien, menjalankan prosedur kerja yang baru dibuatkan contoh setiap customer masuk ke area kerja “wajib menggunakan visitor dan kendaraan dilakulan pemeriksaan”,
atau kegiatan yang menjadi prioritas lainnya.
Selain iti juga, level berpikir ini untuk mengetahui dan mengembangkan Satpam berpikir dewasa dan mandiri dalam menyelesaikan tugasnya, untuk mempersiapkan karir Satpam, memilih Satpam terbaik diantara Satpam lainnya, menyesuaikan penempatan area kerja sesuai hasil baground cehck dari level berpikir yang Satpam miliki.
Berikut tingkatan berpikir Satpam, yang mengutip dari teori Anderson dan Kathwoll dijelaskan melalui proses kognitif dan akan diuraikan berdasarkan analisa dan pengalaman yang ditinjau dari sudut pandang kegiatan Satpam :
#1. Mengingat (Remembering) – Dicatat :
Khusus Satpam dimanapun berada, cara mudah mengingatkan dengan melalukan pencatatan atau mencatat dari hasil diterima baik intruksi pimpinan maupun pelanggan eksternal, melalui buku saku dan pulpen bisa menjadi catatan awal sebelum disalin ke dalam loog book atau buku mutasi “seperti prinsip prosedur kerja – tulislah apa yang sudah dikerjakan dan setiap yang dikerjakan agar ditulis sesuai dengan kegiatan Satpam”.
Jangan hanya bilang “Siap” 5 menit kemudian lupa apa yang mau disampaikan atau apa yang mau di tulis, karena tidak berusaha untuk mencatat? Jangan-jangan alasannya buku Saku dan alat tulis tidak tersedia artinya tidak dimiliki oleh Satpam, karena menganggap remeh terhadap hal-hal yang perlu dipersiapkan sebelum melaksanakan tugas di lingkungan kerja.
Seperti contoh mendapatkan informasi dari manajemen atau klien tentang A sampai Z kebetulan manajemen tersebut menyampaikan informasi di plotting atau tempat kerja Satpam, gap yang muncul “klien akan komplain dan marah kepada atasannya” karena informasi tidak disampaikan kembali kepada rekan kerja yang lain atau melalui pimpinan Satpam yang menjadi pengawas di project tersebut.
#2. Memahami (Understanding) – Ditanya :
Kembali kepada kata “SIAP” hal ini selalu muncul ketika berkomunikasi dengan Satpam sehingga menjadi fenomena dalam menerima informasi tentang ilmu dan pengetahuan Satpam yang mendukung di tempat kerja, kuncinya harus bertanya terhadap pemahaman dari informasi dan keilmuan Satpam lainnya, tidak menutup kemungkinan sedang mengikuti training atau sharing bersama dengan rekan kerja “atau ada metode dan sistem yang baru”.
Jadi, memahami dari kegiatan Satpam, proses dari keaktifan untuk bertanya dari setiap objek yang dibahas? Hal yang sederhana dari memahami adalah siapa yang melaksanakan prosedurnya, bagaimana prosesnya dan peran Satpam sejauh mana melaksanakannya “apakah sekedar melaporkan atau terlibat dalam perbaikan sistemnya” sehingga tidak ada yang ambigu dari pemahaman yang diterima, ini sebagai contoh dari memahami terhadap apapun terutama aktivitas Satpam.
Yang perlu digaris bawahi juga, jangan sampai hanya tahu judulnya saja “kemudian dalam mempraktiknya banyak kekeliruan” baik yang berhubungan dengan komuniksi, sistem, prosedur, konsep, dan lain sebagainya. Oleh sebab itu, pahami dan tanyakan kepada siapapun yang memberikan penjelasan terhadap objek tertentu, mungkin sedang diskusi, Training internal, atau di berbagai kegiatan sharing untuk Satpam.
#3. Mengaplikasikan (Applying) – Dipraktikkan:
Poin 1 dan poin 2 “Mengingatkan dan Memahami” setelah keduanya bisa diterima dan mampu di praktikkan dengan hasil ingatan dan paham dari sebuah penjelasan seperti materi pelatihan, prosedur kerja, intruksi kerja, dan lain sebagainya. Praktik Satpam bisa berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan, perilaku, budaya, teknologi, dan keilmuan yang berhubungan dengan kegiatan Satpam lainnya.
Secara logika Satpam akan mempraktikkan, jika belum memahami atau belum memiliki keilmuan yang memadai “apa yang akan di praktikkan” ini hal mendasar, karena Satpam di lapangan harus praktik seperti menggunakan peralatan dan perlengkapan kerja, menghadapi keadaan darurat seperti kebakaran, pertolongan pertama, gempa bumi, banjir, demontrasi, tindakan sosial lainnya.
Hubungan dengan aplikasi dan praktik Satpam, tentu tidak lepas dengan memberikan pelatihan kepada Satpam yang bisa di praktikkan dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab setiap hari, sehingga pemahaman sebagai personal Satpam memang banyak praktik berdiri di pos kerja dengan memberikan pelayanan dan komunikasi kepada customer internal dan eksternal.
Dari ketiga poin diatas, merupakan pondasi yang harus dimiliki oleh Satpam bahkan masyarakat umum juga harus memilikinya juga, oleh karena itu dalam keterbatasan atau sudut pandang yang dipahami itu bagian anugerah dari sang pencipta bahwa semua manusia itu sama saja dimata tuhan. Jadi, tingkatkan kemauan untuk terus belajar agar tidak ketinggalan informasi dan yang paling penting dari sisi Satpam harus menjadi role model dan sebagai garda terdepan setiap perusahaannya masing-masing.
#4. Menganalisis (Analyzing) – Diamati :
Dalam menganalisa, seorang Satpam sampai dengan manager dan pimpinannya wajib memiliki kemampuan menganalisa? Sesuai dengan peran dan tanggung jawab posisinya masing-masing, karena yang namanya pengamanan sangat dinamis. Oleh sebab itu, menganlisa itu tidak hanya menunggu kejadian “justru dalam kondisi normal” bisa menjadi permasalahan yang diluar dugaan, jangan pernah berpikir semuanya aman.
Seperti contohnya begini, seorang Satpam menganlisa setiap hari berapa orang yang masuk melalui akses lobby selatan “berapa orang laki-laki dan perempuan, berapa orang yang menggunakan jeans, berapa orang yang mencurigakan, berapa orang yang tidak mau diperiksa barang bawaannya, berapa mobil dan motor yang parkir dan keluar/masuk area lingkungan kerja” ini bagian kecil dari kegiatan mengamati dalam menganalisa kemungkinan apa yang akan terjadi kedepannya?
Jangan menganggap semuanya aman dan meremehkan situasi di lingkungan kerja, selanjutnya bagaimana peran dari seorang level supervisor dan manager Satpam, untuk mencari strategi dan konsep terhadap potensi ancaman yang akan terjadi di tempat kerja. artinya semua objek yang berada di sekitar lingkungan kerja baik benda bergerak maupun benda diam wajib di analisa dan di amati terutama mencegah segala bentuk penyimpangan maupun tindakan kriminal lainnya.
#.5 Mengevaluasi (Evaluating) – Perbaikan dan Umpan Balik:
Dari hasil Analisa yang diceritakan diatas, tentu memerlukan evaluasi dari setiap kegiatan Satpam baik dari sisi bangunan gedung, proses, prosedur, sumber daya Satpam, teknologi, sistem, aktivitas customer internal dan eksternal, dan lain sebagainya. Analisa berasal dari Gap atau celah yang belum sesuai standar atau belum efektif dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab sebagai personil Satpam dan jajarannya.
Kemudian menerima dan memberikan sasaran dari sisi pengamanan, sehingga dari berbagai masukan bisa dijadikan refrensi atau rekomendasi untuk meningkatkan sistem pengamanan yang komprehenshif seperti mengintegrasikan antara teknologi dengan sumber daya Satpam atau unsur penujang lainnya, yang mencakupi keterlibatan kegiatan Satpam di lingkungan kerja.
Setelah itu, membuatkan perbaikan kualitas secara berkala atau berkesinambungan berdasarkan karakteristik segmen pengamanan yang berbeda-beda, serta di mitigasi risiko dalam mengelola kompleksitas hasil dari evaluasi yang sudah di analisa. Sehingga Satpam, lebih mudah dalam menjalankan tugas dan pekerjaan yang cukup dinamis.
Dari gambaran penjelasan 4 poin diatas, rangkaian pikiran yang normal Satpam untuk membukakan kesadaran dan kepedulian di lingkungan kerja, agar perjalanan bisnis Satpam secara profesional dan yang paling penting sumber daya manusia Satpam yang handal, di percaya dan memiliki kemampuan yang memadai.
#6. Menciptakan (Creating) – Ide dan Inovasi:
Berpikir level 6 ini, tentu sudah melibatkan atau eskalasi pemangku kepentingan terutama jajaran manager level sampai dengan level director perusahaan, untuk menginovasi perencanaan jangka panjang. Yang menuangkan ide dan gagasan, atas dasar level berpikir sebelumnya baik dari berpikir level 1 sampai dengan berpikir level 5.
Proses yang sudah dilalui, menjadi pembelajaran selanjutnya artinya semua Satpam sebagai penggerak dan ujung tombak perusahaan agar tetap konsisten menjalankan intruksi atau perintah dari atasannya, terutama terhadap inovasi dan konsep yang telah dirancang dalam membangun keberlangsungan Satpam di masa akan datang.
Selanjutnya membuat, semua perencanaan sampai dengan pelaporan sebagai bahan evaluasi dari berbagai macam kegiatan Satpam. Oleh karena itu, memahami level berpikir ini agar lebih fokus dan tertsruktur dalam mengamati objek yang berada di lingkungan kerja.[]