JURNALSECURITY| Denpasar–Sudah sewajarnya setiap lulusan SMA selalu berharap bisa bekerja dan menggapai cita-citanya. Demikian pula Ni Luh Nyoman Sukresni, perempuan kelahiran Bali, bulan Mei 1978 yang bercita-cita ingin memberikan kontribusi di bidang pengamanan. Baginya cita-cita ini cukup menantang selain itu juga bisa memberikan kemanfaatan kepada orang lain yang membutuhkan pertolongan khususnya dunia pengamanan.
Memulai langkah awal, Ni Luh, sapaan perempuan ini mendaftar sebagai anggota kepolisian negara republik Indonesia. Kebetulan saat itu dibuka pendaftaran calon anggota polwan. Kesempatan inilah yang ditunggu-tunggunya. Dengan membawa berkas persyaratan serta niat bulat ingin mengabdi kepada negara, Ni Luh mantab mendaftar.
Ditengah persiapan pembekalan ilmu dan pengetahuan tentang dunia kepolisian, Ni Luh dihadapkan pada cakrawala dunia pengamanan dan seluk beluk wawasan tentang pengamanan. Awalnya hanya sekedar ingin memberikan kontribusi di bidang pengamanan seperti polwan. Setelah menelusuri lebih dalam, ujarnya, ternyata dunia pengamanan masih jauh dari kebutuhan.
“Keinginan untuk mendalami dunia pengamanan ini terus tumbuh sampai terbuka bidang-bidang pengamaan yang sangat dibutuhkan pada setiap sendi kehidupan,” paparnya kepada JurnalSecurity saat ditemui di Denpasar, Bali beberapa waktu lalu.
Sejak saat itulah Ni Luh terus bersinggungan dengan dunia pengamanan. Pendaftaran sebagai Polwan yang gagal ia raih hanya sebagai pintu pembuka cakrawalan dunia yang penuh tantangan tersebut. Di dunia sekuriti, lanjutnya, berbeda dengan kepolisian dan keamanan karena cakupannya lebih luas.
Misalnya dunia sekuriti tidak hanya mengurusi keamanan area tapi juga pencegahan tindak kejahatan, pengaturan lalu lintas, teknologi pengamanan dan ilmu ketangkasan atau bela diri sehingga salah satu kebutuhan yang harus dimiliki sekuriti sehingga handal dan profesional.
Di Indonesia, lanjutnyam sekuriti masih dianggap sebelah mata. Tugasnya hanya menjaga dan mengatur parkir. Padahal harusnya sekuriti cakupannya luas dan perlu bekal ilmu pengetahuan yang mumpuni mengingat beban dan tanggung jawabnya yang cukup besar.
Ni Luh pertama kali menjadi sekuriti ditugaskan di Borobudur Plaza Tangerang. Selama dua tahun sambil ikut tes polwan yang gagal karena hati nurani lebih cenderung ingin menekuni dunia pengamanan. Setelah dua tahun bekerja di Borobudur Plaza Tangerang, pindah ke Horel Mercure di Jalan Hayam Wuruk Jakarta. Delapan tahun kemudian sudah cukup rasanya berkelana di dunia pengamanan di Jakarta. Kebetulan saat itu ada GM Hotel Mercure pindah ke Bali dan memberikan kesempatan untuk dirinya ikut kesana.
“Tugas baru ini semakin menguat sebagai seorang sekuriti yang mumpuni dan professional sehingga profesi ini menjanjikan dan bisa dibanggakan,” terangnya.
Bertugas di pulau dewata yang terkenal dengan keindahan alamnya sampai ke internasional tersebut, Ni Luh menjalankan tugas sebaik-baiknya. Menurutnya, dunia perhotelan memang tak bisa terpelas dari dunia sekuriti. Tugasnya mulai dari menjaga area hotel, berkoordinasi dengan aparat kepolisian serta menciptakan suasana aman dan nyaman kepada para pengunjung agar mendapatkan kesan yang menyenangkan.
Di Bali ini pun Ni Luh sempat berpindah-pindah hotel agar semakin menguatkan pengalaman dan pengetahuannya di bidang pengamanan. Salah satunya hotel yang pernah menjadi tempat pengabdiannya yaitu The Legian Hotel.
Awalnya disana sebagai security guard, tapi karena pengalamannya dirasa cukup mumpuni, tak lama ia didapuk sebagai koordinator sekuriti. Dengan siapa pun ia mudah bergaul sampai tamu-tamu bule pun menjadi lawan sharing pengalaman yang tidak kalah penting mengenai dunia pengamanan. Hanya saja, ia memiliki cara yang berbeda menangani suatu kasus pengamanan. Dengan gaya kerja introgatif serta detail, terkesan ia terlalu berbelit-belit. Barangkali kali sifat inilah yang membuat manager perusahaan kurang nyaman dengan caranya.
Tapi ada juga yang menerima dengan sikap positif bahwa apa yang dilakukan tersebut menunjukkan bahwa dirinya memang seorang sekuriti yang bekerja dengan baik yang dibuktikan dengan pemaparan setiap persoalan dengan detail dan terperinci.
“Sampai saya pernah dibela-bela oleh sekuriti bule dan ada yang menawari posisi asisten manager,” terangnya.
Setelah berjalan tiga bulan dengan tugas dan tanggung jawab yang tidak sedikit, ia semakin mendapat kepercayaan lebih. Setahun kemudian Ni Luh diangkat menjadi manager sekuriti. Inilah buah dari ketekunan dan kesungguhan menjalankan tugas sebagai seorang sekuriti yang tulus dan total menjalankan tugasnya. Saat itulah ia menjadi manager sekuriti perempuan yang posisinya diperhitungkan di dunia pengamanan di pulau dewata.
Dua tahun kemudian Ni Luh mendapat tempat baru yaitu di Hotel W di Seminyak Bali. Hotel ini memiliki konsep lebih life style dengan fasilitas 250 kamar. Disitu menjadi tantangan tersendiri karena Ni Luh dituntut menjalankan tugas sebaik mungkin, agar tamu yang datang merasa terlayani, terjamin keselamatan dan keamanannya.
Awalnya banyak yang ragu kemampuannya. Tapi dengan niat tulus bekerja dan menerapkan semua ilmu dan pengalaman di dunia pengamanan, di setiap rapat dan diskusi, menjadi kesempatan untuk menyampaikan gagasan dan ide untuk menjadikan Hotel W sebagai daerah yang aman dan nyaman untuk semua orang.
Salah satunya ide itu misalnya, ia mengusulkan supaya dalam perekruitan anggota sekuriti tidak semuanya menggunakan system outsourcing. Baginya, konsep ini tidak semuanya cocok sebab di perusahaan besar semestinya memiliki sekuriti organik yang berkombinaasi dengan sekuriti perusahaan. Ide ini diterima sehingga ada beberapa sekuriti yang langsung bekerja kepada perusahaan.
Petualangan Ni Luh tak berhenti disana. Beberapa bulan kemudian datang kesempatan bergabung sebagai sekuriti di Hotel Regent yang akan buka di Sanur Bali. Begitu ada tawaran, posisi itu langsung diambil dan dirinya kembali menjalankan tugas sebagai sekuriti di lingkungan yang baru tersebut.
Dimanapun bekerja, menurutnya yang penting ada kenyamanan. Selain itu juga didukung managemen yang mendukung sekuriti sehingga semua kegiatan bisa berjalan dengan baik seiring dengan tugas yang diemban sekuriti menjadi garda terdepan dalam pemberian rasa aman dan nyaman di lingkungan tersebut.
“Semua tergantung pemahaman bersama untuk meningkatkan keamanan dan kenyamanan sehingga berdampak pada tingkat kemajuan bisnis,” terangnya.
Ni Luh merasa, bertugas dimana saja ia merasakan lebih baik. Sampai muncul anggapan jika orang lain merasa susah bekerja di tempat itu, giliran dirinya yang ditempatkan disana, semua tugas berjalan baik dan bisnis pun berjalan baik.
“Inilah pentingnya kualitas dan kepercayaan,” tandasnya.
Selain menjadi manager sekuriti, Ni Luh juga aktif di organisasi sekuriti seperti Bali Securoty Leader (BSL) sebagai Kepala Seksi Pelatihan dan Pengembangan Kompetensi BSL. Di wadah barunya ini, ia bisa saling sharing pengalaman dalam hal pengamanan di Bali.
Pesannya bagi para anggota sekuriti, jangan pernah takut mengembangkan diri dan belajar di dunia sekuriti. Menurutnya, profesi sekuriti sangat menjanjikan ke depan. Selain bisa memberikan kontribusi di bidang pengamanan juga memberikan kemanfaatan langsung berupa rasa aman dan nyaman untuk lingkungan kerja dan orang di dalamnya.
“Jadi kalau ingin uang yang lebih, jangan takut berkarir di dunia sekuriti. Jangan bosan-bosan untuk belajar dan mengembangkan diri di dunia sekuriti. Semua ada keuntungan langsung dan tak langsung, jika dikerjakan dengan sebaik-baiknya,” pungkasnya. [Fro/Muha]