JURNAL SECEURITY | Jakarta–Di balik tubuh tinggi tegapnya, ternyata Muhamad Nurholis mempunyai pengalaman dengan kesehatan yang hampir mengancam nyawanya. Pria asal Desa Sukamenak, Kecamatan Baros, Kabupaten Serang itu pernah terkena serangan jantung yang memaksanya harus menjalani perawatan di Rumah Sakit Dr Drajat Prawiranegara.
Berkat manfaat dari BPJS Kesehatan, Holis dapat menjalani perawatan selama tujuh hari dan melihat perbaikan kondisinya. Ia kemudian dianjurkan oleh dokter untuk menjalani pemeriksaan kesehatan rutin di rumah sakit selama tiga bulan ke depan. Langkah ini diambil untuk memastikan kondisi jantungnya terus dipantau sebagai tindakan pengawasan medis.
“Selama tujuh hari rawat inap, cek kesehatan, obat, sampai rawat jalan selama tiga bulan, semuanya ditanggung BPJS Kesehatan, alhamdulillah semua berjalan lancar dan pelayanan memuaskan. Tidak terbayang bila harus menggunakan uang pribadi,” ujar Holis dalam keterangan tertulis, Selasa (17/10/2023).
Pria yang berprofesi sebagai petugas keamanan di kantor pemerintahan itu harus menjalani berbagai macam prosedur agar kesehatan bisa kembali pulih. Holis bercerita, peristiwa itu terjadi sejak Juli tahun ini. Saat itu, sekitar pukul 03.00 WIB dini hari, Holis mengalami sesak di bagian kiri dada. Tak tahan menahan sakit, pria berusia 32 tahun itu membangunkan istri dan tetangganya agar bisa mendapatkan pertolongan.
Saat itu semua orang yang menolong mengira jika Holis hanya masuk angin, sehingga pertolongan yang dilakukan hanya dengan kerokan. Diakui Holis, saat itu usai kerokan kondisi tubuh terasa sedikit lebih baik, namun sepekan kemudian kondisi serupa kembali terjadi, bahkan lebih sakit.
Akhirnya, Holis dan keluarga memutuskan untuk datang ke Rumah Sakit Dr Drajat Prawiranegara Serang untuk memastikan kondisi kesehatan. Setibanya di rumah sakit, pria yang telah menjadi peserta BPJS Kesehatan sejak tahun 2017 tersebut langsung memasuki di Instalasi Gawat Darurat (IGD).
Di sana, ia mengaku langsung mendapatkan serangkaian penanganan medis, mulai dari pemeriksaan hingga pemberian obat. Hasil pemeriksaan mendiagnosis Holis alami serangan jantung dan membuat ia harus menjalani rawat inap untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
Pada hari yang sama, Holis langsung masuk rawat inap. Keesokan harinya, penanganan lebih lanjut pun diterima Holis. Saat itu ia bahkan disebut berpotensi harus menjalani prosedur pemasangan ring jantung karena diduga adanya penyumbatan. Untungnya, setelah observasi lebih lanjut menggunakan alat yang dimasukkan melalui lengan, Holis memutuskan untuk tidak memasang ring jantung karena pemeriksaan dokter mengindikasikan bahwa penyumbatan yang dialaminya tidak terlalu parah.
Diketahui, Holis merupakan peserta BPJS Kesehatan yang termasuk dalam kategori penerima upah dan terdaftar di kelas I. Menurutnya, jika ia tidak memiliki BPJS Kesehatan, ia mungkin terpaksa harus melepas aset berharga seperti kendaraan pribadi. Namun, beruntungnya, dengan kehadiran BPJS Kesehatan, meskipun saat itu ia perlu melakukan pemasangan ring, seluruh biaya perawatan tersebut ditanggung oleh BPJS Kesehatan.
Meskipun Holis adalah seorang peserta BPJS Kesehatan, ia mengaku selama proses perawatan di rumah sakit, ia menerima pelayanan yang sangat baik. Pemeriksaan kesehatan dilakukan secara berkala sejak pagi. Bahkan obat yang harus ia konsumsi setiap harinya bisa mencapai 10 jenis. Holis juga mengungkapkan, ini bukanlah satu-satunya pengalaman yang ia alami dalam menggunakan BPJS Kesehatan. Hingga saat ini, ia secara rutin menjalani kontrol setiap tiga bulan karena ia mengalami gejala tekanan darah tinggi.
“Pokoknya program BPJS sangat luar biasa. Sekarang berobat juga tidak perlu menunjukkan kartu asli, tinggal KTP atau NIK di kartu keluarga sudah bisa berobat. Semua serba mudah dan yang paling penting pelayanannya juga sangat baik dan ramah,” ujarnya.
Bagi Holis, keberlangsungan adanya BPJS Kesehatan sangat penting. Baginya, ia sulit membayangkan bagaimana seseorang akan menghadapi kondisi sakit tanpa adanya BPJS Kesehatan. Oleh sebab itu, ia memberikan saran kepada peserta BPJS Kesehatan Mandiri agar mereka tetap disiplin dalam membayar iuran tepat waktu, karena jika kepesertaan tidak aktif maka akan sangat rugi saat sakit nanti.
“Saya tidak bisa membayangkan kalau BPJS dibubarkan, berapa banyak nyawa yang tidak tertolong apalagi mereka yang gak mampu. Yang masih nunggak iurannya, saya rasa sangat rugi, saat butuh tidak aktif kalau pakai BPJS kesehatan kan apalagi kelas tiga cukup Rp 35 ribu perbulan dibandingkan biaya rumah sakit yang tinggi, sangat rugi, harusnya bisa rutin perbulan,” paparnya. [fr]