JURNALSECURITY| Jakarta–Indonesia Darurat Narkoba. Demikian keprihatinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam menyikapi kondisi bangsa Indonesia yang banyak menjadi korban keganasan narkoba ini.
Presiden mengatakan akan lebih tegas dan berani berantas narkoba. “Saya ingin agar ada langkah-langkah pemberantasan narkoba yang lebih gencar lagi, yang lebih berani lagi,” kata Presiden seperti dilansir presidenri.go.id.
Sementara itu, Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Komjen Pol Budi Waseso mengungkapkan pada tahun 2016 lalu ada 250 ton narkotika jenis sabu yang masuk ke Indonesia dari negara Cina.
“Ada 11 negara di dunia yang mensuplai narkotika ke Indonesia, 11 negara itu dengan jumlah yang cukup besar. Bahkan dari Cina memasukkan sabu 250 ton. Ini data dari Cina sendiri,” katanya kepada JurnalSecurity saat disambangi di kantornya, Selasa (5/9).
Menurut lelaki yang biasa dipanggil Buwas ini, BNN tidak bisa bekerja sendiri, seluruh perangkat negara, instansi Polri, kementerian, lembaga, LSM, masyarakat, semua harus betul-betul melakukan langkah-langkah yang terpadu untuk melawan narkoba, langkah-langkah yang progresif yang mengalahkan pengedar narkoba. Dan tidak kalah penting semua harus menghilangkan ego masing-masing, ego sektoral.
Buwas mengatakan, Guangzhou merupakan negara yang memproduksi narkotika jenis sabu dan ekstasi terbesar di Asean. Sementara negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura hanya sebagai transit.
“Produksi Sabu dan Ekstasi terbesar dari Cina, Guangzhou. Sedangkan negara tetangga kita Malaysia hanya sebagai transit, Indonesia menjadi pangsa pasar terbesar,” ujarnya.
Buwas menyampaikan, seperti yang disampaikan Bapak Presiden RI Joko Widodo, Indonesia sudah dalam kondisi darurat narkoba. Untuk mengatasinya seluruh pemangku kepentingan seperti BNN, Imigrasi, Bea dan Cukai, Bakamla dan TNI harus bersinergi dan bertindak tegas menindak narkoba.
Ia mengungkapkan, di Indonesia ada 72 jaringan peredaran gelap narkoba. Satu jaringan menghasilkan 3,6 Triliun. Sementara modus operandi yang dilancarkan bermacam-macam, mereka terus berkembang, seandainya satu ketahuan di ganti dengan modus lainnya. “Sekarang jenis narkotika ada 634, yang masuk Indonesia ada 44 jenis dan ada dua jenis baru,” kata Buwas.
Buwas menjelaskan, sekarang jenis baru seperti ganja sintetis, bubuk, berupa makanan dan minuman, inilah yang harus di antisipasi dan harus segera di publikasikan pada masyarakat. Sebab jenis baru ini belum ada sanksi hukumnya.
Selain Cina, Buwas menyebut ada 11 negara lain yang juga ikut memproduksi narkoba ke Indonesia. 11 negara tersebut dibantu oleh 72 jaringan aktif yang berada di Indonesia. Dan 72 jaringan tersebut memiliki afiliasi dengan bandar-bandar narkoba yang berada di lapas.
Mantan Kabareskrim Polri itu juga mengatakan bila pasar narkoba di Indonesia sangat luar biasa. Pasalnya, hampir semua jenis narkoba bahkan narkoba jenis baru juga beredar di Indonesia digemari penggunanya. Padahal, di negara-negara lain, lanjut Buwas, biasanya hanya ada 6-7 jenis narkoba saja yang beredar.
“Yang sangat luar biasa lagi, saya keliling ke beberapa negara, Amerika Serikat itu narkoba cuma 6 jenis, Amsterdam (Belanda) 5 jenis, Kolombia 3 jenis, Rusia 3 jenis, Prancis 3 jenis. Nggak ada yang lebih dari 7 jenis. Di Indonesia semua jenis ada. 800 jenis baru narkoba juga ada di Indonesia,” jelasnya. [FR]