JURNALSECURITY | Yogya — Konsorsium Uni Eropa bersama sejumlah kampus di Indonesia memiliki program pengembangan tangguh bencana. Salah satunya yang menjadi fokus saat ini adalah penanganan kebakaran dengan mempersiapkan para petugas satpam.
Demikian dikatakan Praktisi dari Simpul Pemberdayaan Masyarakat untuk Kebencanaan (SPMKB) UII Dwi Handayani, saat menggelar simulasi penanganan bencana kebakaran dengan melibatkan 40 satpam perwakilan setiap gedung, pada Senin (13/6/2022).
Dwi mencontohkan gedung kampus seperti UII yang saling terpisah memiliki risiko penanganan bencana tidak terkoordinasikan dengan baik. Sehingga unsur satpam yang berada di lokasi gedung selama 24 jam memiliki peran penting dalam melakukan reaksi cepat menangani situasi ketika terjadi bencana kebakaran.
“Melalui program ini agar penangungjawab tiap gedung, sekuriti tahu mengenai apa yang harus dilakukan khususnya saat terjadi bencana kebakaran. Harus bisa menggunakan tabung Apar dengan baik,” kata Dwi seperti dilansir Harian Jogja
Satpam harus diberikan bekal cara menggunakan alat pemadam api ringan (APAR) dengan baik. Agar penggunaannya bisa dilakukan secara efektif dalam mencegah meluasnya kebakaran. Tak kalah pentingnya agar tabung Apar tidak hanya menjadi hiasan gedung.
“Memang belum semua sekuriti bisa diikutsertakan, tetapi setidaknya mereka bisa menyampaikan ilmu kepada personel lain,” ujarnya.
Sementara Wakil Rektor UII Wiryono Raharjo menambahkan dalam memberikan bekal penanganan bencana UII bekerja sama dengan Erasmus+ Programme of The European Union dan Building Universitas in Leading Disaster Resilience (BUiLD). Outputnya setiap universitas anggota di konsorsium itu memiliki satu unit yang mengorkestras mitigasi bencana.
“Mengapa sasarannya sekuriti? Karena bahaya kebakaran itu yang menanggulangi adalah yang dekat dengan api. Mereka paling dekat sehingga jadi target utama, dalam hal ini sekuriti karena unsur ini selalu berada di lingkungan gedung,” ujarnya.
Secara umum berdasarkan data BPBD DIY terdapat 155 kasus kebakaran permukiman dan bangunan di wilayah DIY selama 2021.
“Termasuk level sosial masyarakat tangguh bencana ini harus digerakkan diingatkan dengan beragam kegiatan bahwa bencana tidak bisa diprediksi tetapi bisa disiapkan mitigasinya,” ujarnya.