“Sebaliknya, apabila hati seorang Satpam tidak bersih, hal tersebut sangat mudah dirasakan oleh pelanggan. Ia akan terlihat bekerja hanya sekedar menunaikan tugas, memberikan pelayanan yang tidak adil atau pilih kasih, serta menunjukkan sikap yang seolah mengharapkan belas kasihan atau imbalan, baik berupa uang tip maupun barang lainnya.”
2. Positifkan “Pikiran” Satpam:
Sikap positif yang dimiliki oleh seorang Satpam merupakan kekuatan tersendiri, terutama dalam hal kesabaran menahan emosi negatif terhadap situasi atau perlakuan yang dirasa tidak menyenangkan. Meskipun, secara batin mungkin sulit untuk menerima, namun hal tersebut harus dihadapi dengan sikap profesional, menunjukkan kemampuan dalam mengelola emosi dan menyikapi keadaan dengan bijak.
Dampak dari pikiran positif sangat berpengaruh terhadap sikap, perilaku, tindakan, dan kebiasaan seseorang, yang pada akhirnya membentuk karakter yang kuat. Jika hal ini dilakukan secara konsisten, maka seorang Satpam akan menunjukkan tingkat tanggung jawab dan loyalitas yang tinggi serta dapat dipercaya membedakannya dari Satpam lainnya.
Hasil dari pikiran positif akan tercermin dalam sikap dan perilaku Satpam saat menjalankan tugas. Dengan pola pikir yang positif, Satpam mampu menghadapi berbagai situasi dengan tenang, menjalin hubungan yang baik dengan sesama rekan dan pelanggan, serta menumbuhkan rasa percaya diri dan tanggung jawab. Pikiran yang positif juga menjadi dasar terciptanya suasana kerja yang harmonis dan produktif.
3. Kuatkan “Mental” Satpam:
Fenomena yang berkaitan dengan tekanan mental sering kali dialami oleh Satpam dalam menjalankan tugasnya, beberapa di antaranya adalah menghadapi atasan yang suka marah-marah, pelanggan yang hampir setiap hari menyampaikan keluhan, lokasi kerja yang jauh dari tempat tinggal.
Lanjut, penempatan tugas yang terkesan pilih kasih oleh pimpinan, kurangnya penghargaan dari manajemen, kebijakan perusahaan yang sering berubah-ubah, hingga kondisi kerja yang memaksa untuk berjaga 24 jam karena kekurangan personel akibat rekan kerja yang sering absen, dan berbagai tantangan lainnya.
Untuk menghadapi situasi dan kondisi tersebut, diperlukan adaptasi lingkungan dengan hati dan pikiran yang bersih dan positif, seperti telah diuraikan pada poin 1 dan 2. Sebagai pondasi, Satpam harus menanamkan tindakan yang berkelanjutan, dengan menyadari bahwa setiap proses akan membentuk pengalaman untuk kehidupan masa depan yang lebih baik.
4. Sehatkan “Fisik” Satpam:
Kesehatan fisik Satpam merupakan prioritas utama, karena menjadi modal dasar sebelum maupun setelah menjalankan tugas. Jangan sampai Satpam dalam kondisi sering sakit, sehingga mengganggu pelaksanaan tugas dan membebani rekan kerja lain yang harus menggantikan.