JURNALSECURITY| Batam–Keinginan untuk mengangkat harkat dan martabat satuan pengamanan (Satpam) di Indonesia selalu menjadi agendanya. Salah satunya dengan meningkatkan kesejahteraan satpam di tempat ia rintis di PT. Putra Tidar Pekasa (PTP) Batam.
Dwifung, lelaki kelahiran Jakarta 41 tahun lalu ini kini menjabat sebagai Direktur Utama, selain komitmen di perusahaan jasa pengamanan, ia juga mengembangkan jasa cleaning service dengan nama PT. Sarana Tidar Sejahtera.
Belum lama ini, lelaki yang biasa dipanggil Ipung menunjukkan kebolehannya di hobi mendaki gunung. Bersama teamnya, Ipung mengibarkan bendera berlogo PTP dan Satpam di puncak gunung Merbabu Jawa Tengah.
“Saya waktu SMA dulu juga pernah ikut organisasi Pecinta Alam di sekolah” ungkapnya kepada JurnalSecurity.com, Senin (2/10).
Sebelumnya, Ipung juga pernah mendaki gunung di Gunung Lawu di Solo Jawa Tengah, Gunung Rinjani di Nusa Tenggara Timur, Gunung Kerinci di Sumatera Barat.
Pendakian di gunung Merbabu ia lakukan pada 25-26 September 2017 lalu, bersama team ekspedisi pecinta alamnya, Ipung terbang dari Batam menuju Solo untuk mendaki gunung Merbabu yang memiliki ketinggian 3.142 MDPL.
“Mendaki gunung ini kami lakukan sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah atas nikmat Nya, rasa cinta kepada tanah air Indonesia dan bentuk rasa bangga terhadap Korps Satpam” tegasnya disela perjalanan menuju Basecamp Selo Boyolali.
Ipung yang pernah mengenyam pendidikan Akabri tahun 1995 – 1998 ini memiliki keinginan agar profesi yang digelutinya saat ini dihormati dan dihargai orang. Saat ini, banyak orang yang masih memandang sebelah mata terhadap profesi satpam ini.
Perjalanan kali ini, Dwifung didampingi oleh Lejar Panggalih dan Kang Rahardian. Rombongan tiba di basecamp pendakian Gunung Merbabu Selo Boyolali sekitar pukul 12.45 Wib pada 25 September 2017 lalu. Setelah selesai persiapan akhir dan briefing singkat sebelum naik, team berangkat menuju puncak Merbabu pada sekitar pukul 14.30 Wib. Di setiap sesi pos yang dilaluinya Dwifung dan team mendokumentasikan seluruh kegiatannya sebagai arsip berharga.
Pukul 17.55 Wib, rombongan tiba di Pos 3 Watu Tulis dan mendirikan tenda untuk bermalam. Namun pukul 20.45 Wib, hujan badai mengguyur areal sekitar perkemahan Pos 3. Tenda digoncang kuat dengan tiupan angin kencang hingga pukul 03.30 Wib. Rombonganpun tidak bisa tidur nyenyak lantaran hujan badai.
Pada pukul 07.00 Wib, team memutuskan untuk segera bersiap summit attack menuju Puncak Merbabu menjelang munculnya matahari pagi. Saat itulah fenomena alam yang luar biasa team sampai di puncak Triangulasi kemudian dilanjutkan menuju Puncak Kenteng Songo yang merupakan 2 dari 3 puncak dengan ketinggian 3.142 MDPL dan tertinggi di Gunung Merbabu.
Perjuangan yang sangat keras dengan melalui banyak tanjakan serta hujan badai menerjang untuk mencapai puncak. “Syukur kami panjatkan ke hadirat Allah atas segala rahmat dan nikmat alam serta kehidupan kami sekarang. Sungguh rahmat Allah tiada terhingga,” ungkap Dwifung.
Pukul 11.35 Wib, team turun kembali ke Basecamp di Selo dan sampai sekitar 18.00 Wib. “Perjalanan ini sangat mengagumkan dan benar benar menginspirasi saya dan team bagaimana menghargai kehidupan yang telah diberikan Sang Pencipta,” tuturnya.
Menurut Dwifung, hidup ini seperti saat kita mendaki gunung, banyak tantangan dan hambatan yang dilalui namun ketika sampai puncak maka hanya ada rasa syukur dan nikmat menghilangkan kelelahan yang dirasakan.
Dwifung berpesan kepada seluruh stafnya dan seluruh keluarga besar Satpam Indonesia untuk terus menjaga soliditas dan profesionalisme dalam bertugas. “Harkat, martabat dan harga diri Satpam adalah tanggung jawab kita sebagai Satpam untum menjaganya,” katanya. [RY/FR]