JURNALSECURITY.com| Marrakech–Maroko menjadi tuan rumah dalam konferensi perubahan iklim COP22 tahun ini di Marrakech. Sebagai tuan rumah COP22, Maroko memberikan contoh dalam memerangi perubahan iklim dengan 52% target energi hijau pada tahun 2020.
Tahun lalu, Maroko telah melarang penggunaan kantong plastik, meluncurkan rencana baru untuk memperluas jaringan trem perkotaan di Casablanca dan Rabat, mulai proses penggantian armada lama baik bus maupun taksi, meluncurkan kota pertama skema penyewaan sepeda Afrika, dan meluncurkan inisiatif baru – “Adaptasi dari Pertanian Afrika” – untuk membantu petani menyesuaikan diri dengan perubahan iklim.
Tapi yang menjadi perhatian penting adalah pengembangan “mega” proyek-proyek infrastruktur untuk mengubah campuran energi negara. Maroko memiliki cadangan bahan bakar fosil sehingga hampir seluruhnya bergantung pada impor.
Pada 2015 Raja Mohammed VI berkomitmen untuk meningkatkan pangsa pembangkit listrik terbarukan untuk 52% pada tahun 2030, ha ini bertujuan untuk instalasi sekitar 10 gigawatt (GW).
Pembangkit ini, 14% diharapkan berasal dari matahari, dengan rencana untuk memasang 2GW dari kapasitas baru pada tahun 2020, serta peningkatan tenaga angin dan bendungan hidrolik. Maroko bahkan telah membuka pintu untuk bertukar listrik yang dihasilkan dari sumber terbarukan dengan Eropa.
Maroko INDC (Intended Nationally Determined Contribution) rencananya diserahkan kepada UNFCCC dan berkomitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca – terutama di bidang pertanian – 32% pada 2030.
Maroko juga telah berkomitmen untuk menanam 200.000 hektar hutan dan meningkatkan irigasi. Demikian dilansir Guardian (17/11). [FR]