JURNALSECURITY.com| HERU Santoso satu dari segelintir wasit Indonesia yang memiliki lisensi FIFA dan masih berkutat memimpin laga Indonesia Soccer Championship B, kompetisi kasta kedua yang diselenggarakan PT Gelora Trisula Semesta.
Pria berusia 37 tahun mengaku sudah banyak menuai banyak manfaat selama menjalankan tugas sebagai wasit sepak bola. “Profesi wasit membuat saya jadi banyak pengalaman,” tuturnya seperti dilansir topskor.id.
“Saya jadi tahu betapa indah dan luasnya negeri ini karena beberapa kali sering memimpin pertandingan di pelosok Indonesia. Sebelumnya saya banyak tinggal atau istilahnya bersemedi di Malang saja,” ujar pria penggila sayur sop itu.
Menariknya, Heru yang lulus dari kursus wasit FIFA tahun 2013 itu, justru pernah dipercaya FIFA memimpin laga penyisihan dan final ajang internasional. Yakni, The 2013 Philippine Peace Cup di Panaad Stadium, Bacolod, Filipina.
Ketika itu di final tepatnya 15 Oktober 2013, tuan rumah Filipina menundukkan Pakistan 3-1. “Saya sendiri sebelumnya tidak pernah bermimpi bisa memimpin babak final turnamen internasional di Filipina itu,” ujar pengidola wasit berkepala plontos asal Italia, Pierluigi Collina, tersebut.
Kalau selama ini ada beberapa wasit yang berasal dari kalangan TNI atau kepolisian, Heru justru memiliki pekerjaan sehari-hari sebagai satuan pengamanan (Satpam). Tempat tugasnya sehari-hari sebagai Satpam adalah di Kampus UIN Malang sejak 2011.
Menurut lelaki kelahiran Malang 27 Februari 1979 ini, sukses yang ia raih dalam seleksi ketat di Jakarta pada Januari 2013 lalu. Di Indonesia, hanya dua wasit yang lolos, yakni Heru Santoso bersama Agus Fauzan asal Sleman.
Heru berhak mendapat sertifikat FIFA setelah sukses lolos menjalani tes fisik lari 150 meter dengan waktu 30 detik dan interval 35. Tak hanya itu, ia juga lolos tes tulis tentang peraturan pertandingan serta kecakapa bahasa Inggris. Karena dinyatakan lolos seleksi FIFA inilah, PSSI memberikan kesempatan kepada Heru dan tiga rekannya untuk bisa memimpin pertandingan inter- nasional meksipun levelnya hanya laga persahabatan, namun yang bertanding membawa nama besar AC Milan.
”Saat itu saya mendapatkan telpon dari orang PSSI, saya diminta untuk menjadi wasit AC Milan Glorie dengan Indonesia All Star Legend,” ungkap.
Meski hanya ditunjuk sebagai wasit cadangan saat itu, ia tetap bangga. Karena penunjukan itu untuk kali pertama ia terima menjadi bagian dari wasit di even internasional. Apalagi pemain-pemain yang tampil adalah para bintang-bintang kelas dunia.
Adapun pemain papan atas yang pernah ia temui Hernan Crespo, Andriy Shevchenko, Massimo Taibi, Daniele Massaro, Alessandro Costacurta dan Serginho. Mereka juga merupakan pemain-pemain idola Heru di masa muda. Heru pantas bangga karena selama ini ia hanya melihat dari televisi, saat itu ia melihat langsung. Bahkan bisa berjabat tangan dengan idolanya tersebut.
”Saat itu saya hanya bisa berjabat tangan saat di ruang ganti. Sayang, karena HP saya tinggal di tas, saya tidak bisa foto-foto,” sesal Heru. Meksipun hanya berjabat tangan dan melihat langsung aksi-aksinya para pemain idolanya, Heru cukup puas. Bahkan dia pun cukup kagum dengan para pemain-pamain AC Milan.
Bahkan mereka juga menyanjung tim wasit yang memimpin laga tersebut. Padahal kala itu wasit dan hakim garis juga kerap mengambil keputusan salah. Namun para pemain AC Milan itu tak melayangkan protes. Mereka tetap menghargai wasit.
”Jelas banyak perbedaan antar pemain bintang dunia dengan pemain Indonesia. Dia sangat paham dengan peraturan sepak bola, sehingga mereka selalu menghargai keputusan wasit,” terangnya. [FR/bbs]