JURNALSECURITY | Jakarta–Nyawanya hampir di ujung tanduk, penyakit Hidrosefalus hampir merenggut jiwanya. Bersyukur, Tuhan masih berkehendak memberikan kesembuhan dan kesehatan untuk menjalani profesinya sebagai satpam di salah satu mall di Jakarta.
Awalnya baik-baik saja, ketika satpam bernama Khoirul Anam ini memaksakan diri untuk bertugas piket malam. “Pengalaman saya paling tidak bisa saya lupakan ketika saya jatuh sakit ketika berjaga malam,” kisahnya kepada Jurnal Security, Senin (15/6/2020).
Sakit yang diderita Arul kian parah, hingga akhirnya ia dilarikan di puskesmas daerah Menteng Jakarta. Dalam kondisi yang kurang baik, Arul memutuskan untuk pulang kampung di Tanggamus Lampung selama seminggu.
“Saya menjalani perawatan lanjutan hingga tiga kali rujukan hingga akhirnya saya kritis dan dinyatakan tidak bisa tertolong. Pada saat itu yang ada dalam fikiran saya hanyalah tugas, tugas dan tugas dan seragam masih melekat di badan,” kisah bujang kelahiran Lampung 12 Maret 1997.
Akhirnya Rumah Sakit Abdul Muluk memutuskan untuk mengoperasi Arul untuk pemasangan Av-Shunt. Panjang alat ini dari kepala hingga perut melintasi leher dan dada. “Alhamdulillah akhirnya Allah masih mengizinkan saya hidup kedua kalinya,” kisahnya sedih.
Kejadian kritis itu, terjadi pada bulan Desember 2018. Setelah dirasa kondisinya membaik, Arul memutuskan untuk kembali lagi menunaikan tugas sebagai petugas satpam di perusahaan yang lama. Namun sayang, dengan alasan tidak masuk akal ia tidak diterima lagi untuk bekerja.
AYO GABUNG DI CHANNEL YOUTUBE JURNALSECURITY, SUBSCRIBE YA
“Saya langsung bergegas mencari lowongan kerja, dengan luka operasi yang masih terasa nyeri akhirnya saya sampailah di BUJP PT. Satria Setia Sejahtera yang saat itu membutuhkan anggota satpam. Alhamdulillah saya diterima,” jelas bujang yang hobi olahraga lari.
Sebelumnya, Arul sudah bekerja sebagai satpam sejak 2016, bahkan ia juga sudah mengantongi ijasah Gada Pratama yang ia dapatkan pada tahun 2018, atau sebulan sebelum dirinya sakit kritis. “Alasan saya jadi satpam karena cita-cita saya untuk menjadi polisi pupus di tengah jalan,” papar pria yang suka tampil di stand up comedy ini.
Sebelum tertarik menjadi satpam, Arul sudah pernah bekerja di berbagai bidang. Seperti menjadi bartender di Kota Bandar Lampung , houskeping hotel, receptionis hotel, bahkan jadi petani singkong dan bahkan buruh konveksi pernah ia jalani.
Lewat jalan satpam, Arul kini juga tengah menjalani pendidikan program strata satu di Universitas Pamulang jurusan Ekonomi Menejemen Semester 3. “Tekat saya wisuda dengan uang hasil kerja satpam. Walau banyak tawaran pekerjaan lain tetapi karena hati saya terlanjur cinta dan nyaman dengan profesi ini,” tegasnya.
Arul mengikuti kuliah setiap hari Sabtu mulai pukul 08.00 hingga 18.00. Kesempatan ini ia gunakan dengan sebaik-baiknya untuk mendalami ekonomi manajemen. “Terkadang untuk belajar, saya saya mencuri waktu luang saat mengisi buku mutasi dengan mengerjakan tugas kampus bahkan kadang sambil ujian,” ujarnya.
Arul dikenal di lingkungan kerjanya sebagai satpam yang murah senyum dan ramah kepada siapa saja. Bahkan tidak sedikit customer maupun karyawan tenan menjuluki dirinya sebagai satpam murah senyum dan ramah.
Menjadi seorang sekuriti mengajarkan kita untuk hidup berdisiplin dalm segala sesuatu, mulai dari beribadah, cara memenejemen waktu dan lain sebagainya. “Semoga pemuliaan satpam bukan hanya sekedar wacana, karena sesungguhnya profesi satpam memang sudah mulia dan semoga kesejahteraan kita sebagai anggota satpam selalu dilimpahkan oleh Allah swt.,” harapnya.
“Ketika kita terpuruk ingatlah bahwa Allah bersama kita, yakinlah akan kebesaran-Nya. Yakinlah akan doa-doa kita, yakinlah akan diri kita, yakinlah bahwa kita bisa,” tutup Arul yang masih membujang ini. [fr]