JURNALSECURITY.com| Temanggung–Topi Satpam, kebanggaan Agus pun harus menjadi kenangan bertukar dengan miniatur piramida. Sebuah kenangan yang tak terlupakan saat Satpam ini muhibah ke negeri Mesir. Begini kisahnya.
Satpam bernama lengkap Yohanes Agus Setiyono tak terbersit sama sekali untuk menjalani profesi sebagai Satpam. Nasib berkata lain, ketika Agus mendapatkan cobaan dari Tuhan saat dirinya menjadi sopir truk di Tegal.
Saat itu, sang istri tercinta mengalami pendarahan hebat. Penyakit itu hingga bertahun-tahun, hingga uang hasil nyopir pun ludes untuk biaya pengobatan sang istri. “Sudah ke dokter, tabib tapi tak kunjung sembuh juga,” kenang lelaki kelahiran Temanggung 3 Agustus 1966.
Belum bangun dari jatuh, tanggapun menimpanya. Belum sembuh istri dari sakitnya, Agus sendiri terkena musibah kecelakaan bahkan sempat koma di rumah sakit.
“Saya sakit, istri sakit klop sudah perjalanan hidup saya,” paparnya kepada Jurnal Security, (25/11/2016).
Saat itu, Agus sudah memiliki tiga anak dan masih kecil-kecil. Setelah sembuh dari kecelakaan, Agus memutuskan untuk pulang kampung karena sudah tidak memiliki apa-apa. Agus bersama istri dan anak-anaknya numpang ke orangtuanya.
Suatu hari, tahun 1992 Agus mendapati sebuah lowongan pekerjaan Satpam di salah satu rumah sakit swata di Temanggung. Awalnya, ia enggan untuk mendaftar menjadi Satpam, namun ia pun mencoba melamar dengan alasan jika diterima bisa berobat gratis di rumah sakit.
“Kalau saya diterima di rumah sakit menjadi karyawan pasti pengobatan istri saya gratis, itu kenapa pada awalnya saya memilih menjadi Satpam,” jelasnya.
Akhirnya berkas lamaran ia masukan ke Rumah Sakit Kristen Ngesti Waluyo Jln Pahlawan No 1 Parakan Temanggung Jateng. Alhasil, ia pun diterima menjadi personel security di rumah sakit.
Bagi Agus, seluruh pekerjaan itu memiliki resiko, begitu juga di Satpam. Sebagai Satpam sudah di bekali dengan berbagai beladiri praktis dari Polri dan berbagai keterampilan pendukung pengamanan.
“Yang paling berkesan kalau membantu UGD bila ada kecelakaan dan membantu megang kepala yang sudah berantakan mau dijahit dibentuk seperti semula,” katanya.
Era tahun 1990-an Satpam dipandang sebelah mata, Satpam diremehkan cuma sekedar penjaga pintu. Beralihnya jaman, Satpam mulai dilirik dan dibekali dengan ilmu-ilmu Kesatpam. “Saya berusaha untuk terus mengubah paradigma Satpam yang tadinya penjaga pintu menjadi Satpam yang profesional.
“Dengan semangat dan tahn banting, Puji Tuhan khususnya di Temanggung sudah terbentuk kepengurusan Paguyuban Satpam Kab. Temanggung dan sudah berjalan 13 tahun sekarang anggota yang tergabung sudah mencapai 947 orang dari dari 90 pengguna jasa Satpam,” jelas Ketua Paguyuban Satpam Temanggung ini.
Terkait pengalaman ke Mesir, Agus bersama istri awal Agustus lalu mengikuti Tour Wisata Relegius tujuan Mesir, Yordania, Israel, Yerusalem dan Palestina. Meski berwisata ke luar negeri, topi Satpam ia punya tak pernah ia tanggalkan.
“Saya memakai Topi Satpam, biar orang orang tau Satpam pun bisa melakukan ini..dan biar menjadi motivasi bagi rekan rekan Satpam lainnya. Kejar dan raihlah mimpi itu,” tegas Agus.
Agus berpesan kepada para yuniornya, “Belajar dan selalu belajar mengenali keterampilan Satpam. Jaga performance memberikan pelayanan yang maksimal. Senyum Sapa Salam Santun dan Tegas. Tunjukkan bahwa kami Bisa,” tergasnya.
Agus juga merasa bangga dengan profesi Satpam yang ia geluti sekarang ini, dari profesinya ini juga, ia sudah bisa mengantarkan anak-anaknya di bangku belajar yang lebih tinggi.
Terkait dengan topi Satpam. Saat berada di Piramida Mesir, topi kebanggaan Agus ternyata diminati oleh penjaga keamanan Piramida. Akhirnya sebagai bentuk kebersamaan sesama satuan pengamanan, maka Agus relakan topinya dibarter dengan miniatur piramida.
“Topi Satpam saya diminta penjaga keamanan Piramida kita barter dengan miniatur Piramida,” kenang Agus. [FR]