JURNALSECURITY.com| Memilih profesi satpam perempuan bukan perkara mudah. Banyaknya stigma maskulin yang melekat membuat posisi itu diragukan banyak perempuan. Tak terkecuali Nadia Khoirun Nisa. Menjadi seorang sekuriti tidak pernah dibayangkannya. Tetapi, dia tidak menyesalinya.
Nadia bercerita, kesempatan itu datang begitu saja. Seorang pelanggan jamu di warung orang tuanya, Suprihatin dan Komari, adalah komandan lapangan petugas keamanan. Postur tubuh Nadia yang tinggi dan tegap membuatnya langsung didaftarkan. Awalnya, Nadia belum terpikir. Kala itu, dia baru saja lulus dari SMA Kemala Bhayangkari Porong. ”Pengin segera membantu ekonomi keluarga, tapi sempat terpikir, ya nggak, ya nggak,” kata Nadia.
Sebagai anak pertama, tentunya dia merasa bertanggung jawab meringankan beban orang tua. Tapi, itu bukanlah satu-satunya alasan Nadia saat memutuskan bergabung sebagai tenaga keamanan di PT Mega Akbar Superindo (Megas). ”Saya sering digodain cowok-cowok. Kadang sampai dicolek gitu, kan risi,” ujarnya dikutip jawapos.com.
Dari situ Nadia mulai berpikir. Haruskah perempuan diam saja jika mendapat pelecehan seksual seperti itu? Apa harus senyum saja? Akhirnya, Nadia menjatuhkan pilihan sebagai sekuriti. Dia berharap tidak hanya bisa melindungi dirinya dari perilaku tidak pantas tersebut. ”Saya juga harus bisa melindungi sahabat perempuan lain yang menerima perlakuan kayak begitu,” tuturnya.
Karantina untuk mendapatkan pengetahuan dasar serta kekuatan fisik dijalani Nadia selama seminggu. Merayap di lumpur, berlari sejauh 10 putaran Stadion Jenggolo sudah biasa. Bahkan, masuk pemakaman di tengah malam untuk melatih mental pun dilakoninya. ”Yang paling berat ya waktu harus potong rambut. Rasanya kayak sayang banget sampai nangis,” ucapnya.
Nadia sempat ragu, tapi demi profesionalisme, dia menarik napas panjang dan memotong rambut indahnya yang dahulu panjang sepinggang. ”Gimana ya, ini kan mahkota. Tapi, ya nggak apa-apa, pasti ada hikmahnya,” lanjutnya.
Benar saja, pada usia yang baru menginjak 21 tahun, Nadia sudah dipercaya sebagai wakil komandan regu keamanan di lokasi tugas Hartono Elektronika. ”Ada 9 anggota di bawah saya. Semuanya laki-laki,” ujarnya.
Prestasi tersebut tentu tidak didapat Nadia secara instan. Selama hampir dua tahun, Nadia empat kali berganti lokasi tugas. Selain itu, dia selalu berhasil membekuk penjahat yang sedang beraksi. Salah satunya saat konser band Superman Is Dead (SID) di gedung Jatim Expo tahun lalu. ”Mergoki copet, ya langsung saja sikat (tangkap, Red),” tegasnya.
Dengan kemampuan bela diri yang mumpuni dan kekuatan fisik yang di atas rata-rata, Nadia juga dipercaya menjadi salah seorang pengendara motor patroli untuk skala kawasan. Harley-Davidson sekelas motor patroli polisi sudah menjadi tunggangannya sehari-hari. Perempuan gagah. Karena itu, julukan sekuriti cantik yang tomboi melekat padanya. [FR]
Sumber: Jawa Pos