JURNALSECURITY | Bali — Anda mungkin masih sering mendengar tentang fakta bahwa gaji satuan pengamanan alias satpam di beberapa tempat masih banyak yang di bawah UMK/UMR. Ada juga yang dibayarnya harian dan ada juga tanpa benefit yang diwajibkan oleh pemerintah.
Iya, fakta ini masih sangat sering terjadi. Kenapa bisa demikian? Di tengah kita menyadari bahwa keamanan adalah kebutuhan yang fundamental dalam kehidupan namun nyatanya banyak sekali pengusaha atau badan usaha jasa pengamanan (BUJP) yang masih tidak bisa menghargai satpamnya dengan baik sesuai peraturan pemerintah yang telah ditetapkan.
Ada banyak faktor penyebab yang memungkinkan ini terjadi:
- Skala perusahaan yang kecil sehingga secara ekonomi belum bisa mengakomodir standar yang ditetapkan pemerintah.
- Perusahaan menilai berdasarkan kualifikasi anggota satpam-nya karena tidak jarang orang yang melamar sebagai anggota satpam adalah orang yang sama sekali belum memenuhi kriteria dan kualifikasi yang dibutuhkan. Namun, karena adanya kebutuhan maka orang seperti mereka dapat diterima namun gajinya dinaikkan secara berjenjang menyesuaikan dengan peningkatan kualifikasi yang diharapkan.
- Persaingan bisnis bagi BUJP terutama dimana salah satunya karena ingin memberikan harga terbaik atau termurah lalu menjadikan gaji dan benefit ini adalah point yang dikorbankan. Hal inilah yang sering kali menimbulkan trauma pada petugas satpam yang bekerja dengan BUJP karena tidak jarang ditemukan praktek seperti ini yang pada akhirnya merugikan ke pihak pekerja.
- Tidak menutup kemungkinan ada beberapa situasi di mana jika satpam bekerja pada perusahaan keluarga atau yang sifat manajemennya adalah management kekeluargaan maka yang terjadi adalah bukan kontrak kerja profesional namun hanya berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak. Akhirnya, selama satpam yang bekerja merasa nyaman -nyaman aja maka standar gaji ataupun benefit yang seharusnya diberikan menjadi tidak penting atau dipandang tidak perlu karena hubungan kekerabatan tadi.
Nah jika menyimak 4 faktor terkait tadi kira -kira siapakah yang salah? Perusahaan atau personelnya? Yang jelas kalau kita cermati keduanya memiliki andil yang sama dalam membuat standard gaji itu tidak sesuai atau menjadi rendah. Ini alasannya:
- Dari sisi pekerja satpam :
- Satpam sebelum melamar atau menentukan karirnya di dunia keamanan selayaknya sudah faham apa yang menjadi kualifikasi yang dibutuhkan untuk menjadi satpam profesional termasuk regulasi yang mengatur tentang gaji dan benefit pekerja/karyawan.
- Untuk dihargai secara professional kualifikasi ini sebaiknya dipenuhi terlebih dahulu sehingga tidak ada celah bagi perusahaan yang akan mempekerjakan untuk memberikan gaji lebih rendah akibat kualifikasi yang belum terpenuhi.
- Banyak orang melamar kerja atau mencari kerja sebagai satpam karena tidak punya biaya untuk melanjutkan pendidikan. Namun bukan berarti tidak bisa memenuhi kualifikasi yang dibutuhkan sebagai seorang satpam. Biaya untuk mengikuti pendidikan satpam sangat jauh lebih kecil dibandingkan anda menempuh pendidikan formal lainnya. Di samping itu banyak perusahaan atau BUJP yang siap memberikan talangan dana untuk Pendidikan anda dengan sisten cicil potong gaji berikutnya. Namun anehnya sudah diberikan kemudahan seperti itu saja banyak yang masih tidak mau. Akhirnya ya mereka memilih untuk tetap menerima gaji yang di bawah standar dibanding segera mengikuti pendidikan dan kemudian bisa mendapatkan nilai lebih dari profesi mereka.
- Dari sisi perusahaan yang mempekerjakan:
- Keamanan adalah hal yang fundamental. Bagi perusahaan kecil tertentu yang saya sebutkan di atas belum mampu mengakomodir standard yang ditetapkan pemerintah sebaiknya dapat menyikapi dengan penyesuaian jam kerja. Sehingga walaupun gaji satpam atau securitynya kecil namun jika sudah disesuaikan dengan jam kerjanya itu akan membantu security atau satpamnya memungkinkan untuk mencari pekerjaan tambahan demi kebutuhan hidup mereka . Yang sangat disayangkan adalah jika perusahaan sendiri sudah tidak bisa mengakomodir standard gaji dan benefit yang sudah ditetapkan namun tetap ingin mempekerjakan satpam / securitynya secara penuh. Akhirnya kesejahteraan satpamnya tidak terpenuhi yang terjadi, bisa saja penyelewengan dalam tugas yang justru menimbulkan ancaman kerugian. Nah, hal seperti ini sangat perlu ditinjau secara matang karena umumnya faktor ekonomi yang sangat mendesak membuat orang bisa berbuat apa saja.
- Jika sebuah perusahaan atau BUJP ingin bersaing satu dengan lainnya, harapan saya jangan menjadikan harga sebagai faktor utama untuk mendapatkan proyek namun berpatokanlah kepada qualitas dan tingkat resiko yang dihadapi. Sebagai perusahaan dibidang satpam kita wajib untuk mendidik klien kita tentang bagaiman kita harus melihat segala sesuatunya dari porsi yang berbeda bukan hanya menekan harga. Karena pengamanan yang terbaik adalah pengamanan yang dilakukan secara rasional mempertimbangkan antara risiko versu kapabilitas, tidak semua perusahaan memiliki resiko dan kapabilitas yang sama, maka penerapan risk assement atau kajian risiko ini akan sangat membantu untuk kita membuat rancangan pengamana yang dibutuhkan termasuk kapabilitas securitynya agar tidak terjadi kesenjangan antara resiko dan kemampuan kerja pengamanannya.
- Terkait dengan perusahaan keluarga, mungkin tidak banyak yang akan berkomentar tentang hal ini karena yang lebih kuat biasanya adalah kesepakatan diantara mereka. Namun jika boleh saya sarankan sebagai perusahaan walaupun itu perusahaan keluarga tetap sangat penting untuk bisa memberikan keteladanan dengan tunduk pada peraturan pemerintah. Dari situ orang akan melihat bagaimana anda sebagai organisasi perusahaan ikut mengangkat harkat derajat pekerja secara layak dan professional.
Demikian sedikit ulasan saya mengenai masalah gaji security atau satpam rendah siapa yang salah. Semoga bisa menjadi tinjuan untuk kita semua agar kita dapat meninjua dari sisi mana kita harus benahi semua ini demi menjadikan profesi securiity atau satpam lebih baik dan lebih baik lagi.[]